Lomba Baca Kitab Kuning Berhadiah Rp 1,7 Miliar, Saatnya Santri Aceh Berekspresi di Ruang Publik

Editor: bakri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kadis Pendidikan Dayah Aceh, H Usamah El-Madny SAg MM, memantau proses registrasi peserta MQK Ke-1 Aceh Tahun 2019 di Asrama Haji Embarkasi Banda Aceh, Jumat (29/11/2019) malam.

“Ini adalah even pertama dan terbesar untuk santri Aceh yang kita fasilitasi atas arahan Bapak Plt Gubernur Aceh dalam rangka memberi ruang seluas-luasnya bagi santri Aceh untuk mengaktualisasi diri dan berekspresi di ruang publik,” tegas Usamah.

Pemerintah Aceh melalui Dinas Pendidikan Dayah Aceh, 30 November-3 Desember 2019, mengadakan Lomba Baca Kitab Kuning atau Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Ke-1 Tingkat Provinsi Aceh Tahun 2019. Musabaqah berhadiah total  Rp 1,7 miliar ini menurut rencana akan dibuka Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh, Ir H Nova Iriansyah MT, di halaman Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Sabtu (30/11/2019) malam ini.

Lomba yang juga memperebutkan Piala Bergilir Gubernur Aceh dan trofi tetap ini merupakan kegiatan ekstrakurikuler dayah terbesar dan pertama yang dilaksanakan oleh Pemerintah Aceh melalui Dinas Pendidikan Dayah Aceh. Setelah acara pembukaan di halaman Masjid Raya Baiturrahman, selanjutnya musabaqah tersebut akan dilangsungkan di Asrama Haji Embarkasi Banda Aceh.

Kepala Dinas Pendidikan Dayah Aceh, H Usamah El-Madny SAg MM, kepada Serambi, Jumat (29/11/2019) siang, menjelaskan, pembukaan MQK tersebut akan diikuti oleh 500 peserta dan ofisial dari 23 kabupaten/kota se-Aceh. “Insya Allah, acara pembukaan juga akan dihadiri oleh 2.000-an santri serta tamu undangan dan masyarakat umum,” ujar Usamah.

Menurutnya, semua kabupaten/kota sudah mengonfirmasi kehadirannya dan sejak Jumat (29/11/2019) mereka telah mulai melakukan registrasi di Sekretariat Panitia, Kompleks Asrama Haji Embarkasi Banda Aceh. Usamah berharap dukungan dari semua pihak, terutama jajaran civitas akademika dayah yang ada di seluruh Aceh agar kegiatan ini berjalan lancar dan sukses.

“Ini adalah even pertama dan terbesar untuk santri Aceh yang kita fasilitasi atas arahan Bapak Plt Gubernur Aceh dalam rangka memberi ruang seluas-luasnya bagi santri Aceh untuk mengaktualisasi diri dan berekspresi di ruang publik,” tegas Usamah. “Kegiatan ini juga sebagai upaya melestarikan dan memperkenalkan lebih jauh tradisi intelektual  dan akademik di lingkungan dayah yang selama ini tidak banyak diketahui publik,” timpalnya.

MQK pertama tingkat Provinsi Aceh ini, sebut Usamah, akan diperlombakan 10 cabang yaitu Fiqh, Ushul Fiqh, Hadist, Tafsir, Tauhid, Tarikh, Akhlaq, Nahw, serta cabang Pidato Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia. Ia menjelaskan, metode MQK ini adalah perlombaan keahliah santri membaca kita kuning atau kitab gundul (tanpa baris).

Seperti diketahui, kitab kuning merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut kitab-kitab berbahasa Arab. Sejak masa silam, kitab-kitab berbahasa Arab tanpa baris ini biasa digunakan dayah sebagai materi pelajaran bagi santri. MQK ini rutin dilaksanakan di tingkat nasional, dan baru kali ini dilaksanakan secara resmi tingkat Provinsi Aceh.

Setelah MQK pertama tingkat Provinsi Aceh ini sukses, Usamah berharap pada tahun-tahun mendatang pemerintah kabupaten/kota se-Aceh berkenan memfasilitasi pelaksanan MQK di wilayah masing-masing. Sehingga, di samping untuk menghidupkan kegiatan ini di seluruh Aceh, dukungan bupati/wali kota yang melaksanakan MQK di daerahnya juga menjadi bagian dari apresiasi pemerintah kabupaten/kota terhadap lembaga pendidikan dayah dan santri yang sudah banyak berkonstribusi untuk negeri ini.

Kukuhkan dewan hakim

Pada acara pembukaan MQK, Plt Gubernur Aceh, Ir H Nova Iriansyah MT, juga akan melantik dewan hakim MQK Ke-1 Tingkat Provinsi Aceh Tahun 2019.  “Insya Allah, malam besok (malam ini-red) Bapak Plt Gubernur Aceh juga akan melantik 30 dewan hakim, 10 panitera, serta dua orang koordinator dan sekretaris dewan hakim,” rinci Usamah.

Usamah menambahkan, Pemerintah Aceh melalui Dinas Pendidikan Dayah Aceh juga sudah menetapkan Musabaqah Qiraatul Kutub sebagai kalender tetap Pemerintah Aceh dalam rangka memberi apresiasi kepada santri untuk beraktualisasi diri dan berekspresi di ruang publik. (jamaluddin)

Berita Terkini