15 Tahun Tsunami Aceh

Kisah Notam A-0764 yang Membuat Aceh Banjir Relawan dan Militer Asing, Lintas Udara Terbuka Bebas  

Penulis: Ansari Hasyim
Editor: Ansari Hasyim
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tentara Spanyol saat tiba dengan kapal Galicia di kawasan Lampulo, Banda Aceh, (15, Februari 2005). Mereka datang membawa obat obatan dan makanan untuk korban tsunami Aceh.

SERAMBINEWS.COm, BANDA ACEH - Beberapa hari setelah bencana, Banda Aceh dibanjiri relawan baik dari dalam maupun luar negeri.

Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) yang terletak di Blang Bintang, Aceh Besar, sekitar 12 km dari Kota Banda Aceh, menjadi padat, tidak hanya karena menurunkan barang dan relawan yang datang dari berbagai daerah dan  penjuru dunia, tetapi juga akibat dijadikan sebagai tempat penginapan massal oleh para pengungsi dan relawan.

Dalam kondisi begini, air bersih dan makanan menjadi barang langka dan mahal. Dibukanya ruang udara bandara Sultan Iskandar Muda bagi masyarakat Internasional merupakan suatu hal yang menarik.

Tentara Spanyol (Spanish Army) membagikan mainan dan boneka kepada murid SD 54, Lampineueng, Banda Aceh, Kamis (10, Maret 2005). Dalam waktu kurang dari 10 hari setelah bencana gempa dan tsunami menerjang daratan Aceh, Minggu (26, Desember 2004), Pemerintah Spanyol telah mencanangkan operasi “ Respuesta Solidaria” (Ungkapan Solidaritas) pada (8, Januari 2005) dengan mengirimkan 594 personil militer, satu kapal amfibi Galicia, pesawat terbang Hercules dan CN-235 serta tim medis, pemadam kebakaran dan tim teknik bangunan. Dalam pasukan spanyol ini ada seorang tentara wanita berdarah Aceh, Jamila Bravo Maagdalia. (SERAMBINEWS/M ANSHAR)

Sebab sejak pertengahan 2003, Pemerintah  RI menggelar pengawasan ketat di lingkungan bandara dan mengeluarkan  larangan terbang bagi semua pesawat asing di ruang udara Aceh.

Ini sejalan dengan aktivitas Darurat Militer yang diterapkan pemerintah dalam upaya menghadapi Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

Larangan yang tertuang  dalam Notice to Airman, dikenal sebagai Notam A-0764 itu bahkan dipublikasikan ke seluruh dunia.

Kisah Kapal Induk Amerika USS Abraham Lincoln ketika Tsunami Menerjang Aceh

Hari Ini, 15 Tahun Lalu Gempa dan Tsunami Meluluhlantakkan Aceh, Lailahaillallah, Allahuakbar

Saat darurat sipil, Notam A-0764 tetap dikeluarkan dengan skala lebih lunak.

Semua pesawat asing dan masyarakat internasional dapat memasuki Aceh dengan menunjukkan jati diri agar dapat diidentifikasi.

Terkait dengan bencana tsunami yang melanda Aceh, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat itu menetapkan bencana gempat dan tsunami Aceh sebagai bencana nasional dan TNI mengeluarkan Notam yang mengisyaratkan ruang udara Aceh terbuka bagi pesawat-pesawat asing serta masyarakat internasional.

Mereka dapat langsung terbang dari negaranya menuju Aceh dalam misi kemanusiaan, tanpa harus memenuhi syarat keimigrasian normal.

Suasana di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Lampulo, Banda Aceh, Senin (21 Februari 2005). Tiga tentara Jerman duduk di tanggul Krueng Aceh bersama anak-anak yang selamat saat tsunami. (SERAMBINEWS/M ANSHAR)

Kurang dari 24 jam setelah Notam tersebut diberlakukan, pesawat terbang asing dari berbagai negara segera mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Aceh melalui bandara Sultan Iskandar Muda.

Saat itu, karena tsunami, ruang udara Aceh terbuka lebar bagi seluruh negara yang menjalankan misi kemanusiaan.

Terlihatlah kesibukan para petugas bandara dalam mengatur hiruk-pikuk pesawat asing dan domestik yang menggunakan fasilitasbandara.

Menurut Buku Tsunami dan Kisah Mereka yang diterbitkan Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Aceh awak radar bandara SIM mencatat hampir 150 pergerakan per hari, termasuk beberapa heli dari US Navy yang berpangkalan di kapal induk USS Abraham Lincoln.

Dalam kondisi normal, pergerakan yang terjadi di bandara.

Halaman
123

Berita Terkini