Kelelawar dituding sebagai hewan pembawa virus corona karena penyakit ini pertama kali ditemukan di Pasar Hubei yang menjual daging mamalia terbang itu.
Dalam kasus SARS, kelelawar menjadi inang.
Mereka menginfeksi hewan lain melalui kotoran atau saliva dan perantara pun tanpa disadari menularkan virus tersebut kepada manusia.
Dalam 45 tahun terakhir, setidaknya ada tiga pandemi lainnya (selain SARS) yang ditelusuri penyebabnya dari kelelawar.
Hewan-hewan tersebut juga merupakan sumber asli dari penyakit Ebola yang telah menewaskan 13.500 orang pada tahun 1976.
Selain itu, juga sindrom pernapasan Timur Tengah yang lebih dikenal dengan MERS.
Virus ini ditemukan di 28 negara.
Kemudian, juga virus Nipah, yang memiliki tingkat kematian sebesar 78 persen.
Pedagang Kelelawar di Pasar Burung Depok Solo Tak Khawatir
Kelelawar yang dijual di pasar burung Depok, Solo, Jawa Tengah, Senin (27/1/2020).(KOMPAS.com/LABIB ZAMANI)
Merebaknya virus corona yang berasal dari Wuhan akhir-akhir ini tak membuat pedagang kelelawar di Pasar Burung Depok Solo, Jawa Tengah khawatir.
Mereka tetap berjualan kelelawar karena sampai sekarang belum ditemukan adanya kasus virus tersebut di Solo.
"Pembeli kelelawar ini orang-orang tertentu saja. Paling buat jamu atau pengobatan," kata Nurul (40), pedagang kelelawar pasar burung Depok Solo, Jateng, Senin (27/1/2020).
Nurul mengatakan ada 50 - 60 ekor kelelawar yang dia jual.
Kelelawar tersebut didatangkan dari penjaring lokal Solo.