Bukan saja pedagang ikan, menurut keterangan diperoleh Serambindews.com, beberapa pedagang tradisional yang meninggalkan lokasi Pasar Rakyat, juga ikut-ikutan membuka kios sederhana di lokasi Simpang Jalan Alue Mantri.
Penyebab lain, Pasar Rakyat Babahrot selama ini tidak ada Syahbandar yang di-SK-kan mengurus pasar.
Akibatnya para pedagang tidak tertib, terutama pedagang ikan yang berjualan di pinggir jalan.
Padahal, pasar yang lebih representatif sudah tersedia.
Kendala tidak ada syahbandar pasar, menurut Plt Keuchik Gampong Pantee Rakyat, Zakirsyah sudah teratasi setelah dipilih Saudin, belum lama ini.
“Sekarang sedang menunggu dikeluarkan SK oleh Camat Babahrot.
Setelah keluar SK syahbandar, maka pedagang akan dikembalikan untuk berjualan di kompleks pasar,” papar Zakirsyah.
Plt Keuchik Gampong Pantee Rakyat itu lebih lanjut menjelaskan, pengembalian pedagang yang sudah meninggalkan lokasi pasar dilakukan secara pelan-pelan.
Dengan melibatkan Camat bersama Anggota Muspika Babahrot, termasuk sangat diharapkan dukungan dari Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Abdya.
Jika tidak, katanya, pasar yang dulunya diyakini akan berkembang menjadi pusat pasar yang menyediakan beragam kebutuhan masyarakat itu akan terlantar dan tidak terurus.
Sebagai cacatan, Pasar rakyat di Desa Pantee Rakyat, Abdya, sejak April 2019 lalu sudah sepi pengunjung.
Dampaknya, sejumlah pedagang dilaporkan bangkrut dan gulung tikar karena tidak memiliki modal untuk memulai usaha baru.
Sebagian pedagang saat itu memilih pindah dari Pasar Babahrot untuk kemudian membuka usaha di lokasi lain.
Pantauan Serambinews.com saat itu, kondisi pasar tampak sepi.
Puluhan kios permanen tutup, sehingga dimanfaatkan anak-anak untuk bermain di teras kios.