Maklum, yang dijualnya hanya barang jajanan untuk anak-anak sekolah.
Antara lain somai, es krim, escino, sosis, rujak, serta beragam jenis buah-buahan.
Dalam kondisi demikian, sambung rekannya Jafaruddin, selama ini omzet penjualan menurun drastis karena sepi dari anak-anak.
Padahal, biasanya setiap jam istirahat mereka berkerumun untuk membeli.
• Dinkes Kota Langsa Fasilitasi Rujukan Diduga Penderita Kaki Gajah Ke RSUZA Banda Aceh
"Maunya, mereka terus berjualan di kantin dan kami pun diberikan kebebasan berjualan. Jangan seperti selama ini kami dienyahkan dari sekolah. Sedihnya, ada sekolah/ madrasah yang sengaja melapisi pagar sekolah dengan kawat bronjong. Tujuannya, agar anak-anak tak bisa beli di luar," ujar Jafar.
Persoalan yang disampaikan pedagang, ditanggapi baik oleh Sekwan dan anggota DPRK setempat.
Hanya saja, karena Ketua DPRK dan Ketua Komisi B saat itu tak ada di tempat.
Sehingga pedagang diminta agar, Selasa (25/2/2020) kembali mendatangi DPR untuk duduk bersama mencari solusi terbaik.
"Harapan bapak dan abang-abang dari pedagang kami tampung serta kami hargai sekaligus terima kasih banyak. Tapi karena Pak Ketua serta Ketua Komisi B tak ada ditempat, maka dimohon Selasa (25/2/202) besok tolong balik lagi ke sini," ujar Sekwan, Abubakar.
DPRK pun akan memanggil kadis terkait, untuk bermusyawarah mencari solusi terbaik. (*)
• Polres Lhokseumawe Proses Kasus Anak Palu Ayah Kandungnya, Begini Kejadiannya