Dia tidak mau ada penambahan korban lagi disebabkan DBD di NTT.
"Semua harus berjuang agar bisa mencegah wabah DBD, dan kejadian luar biasa tidak semakin besar dan bisa ditangani," ungkap Terawan.
Tak hanya itu, sebelumnya juga telah diterjunkan tim ahli sebanyak empat orang dari Kementerian Kesehatan guna meneliti nyamuk di Kabupaten Sikka.
Mereka akan mencari tahu jenis nyamuk yang berada di Kabupaten Sikka.
Karena, secara teori perkembangan penderita DBD di daerah itu tak masuk akal.
Sampah jadi penyebab meningkatnya DBD di Sikka
Bupati Sikka, NTT, Fransiskus Roberto Diogo menyebut masalah sampah sebagai salh satu penyebab kasus demam berdarah di Kabupaten Sikka.
Roberto mengakui, lemahnya penanganan sampah menjadikan Kota Maumere dalam kondisi jorok.
"Persoalan kita adalah kebersihan. Kalau lebih ekstrem orang bilang jorok. Kita lihat saja sampah masih berserakan di mana-mana," ungkap Roberto, kepada awak media, Senin (9/3/2020), seperti dikutip dari Kompas.com.
Ia juga mengatakan, sampah botol-botol plastik, gelas-gelas plastik, itu yang jadi salah satu penyebab DBD.
Karena, saat hujan, sampah terisi air, sehingga menjadi tempat berkembang diaknya nyamuk.
Roberto mengakui, hal tersebut terjadi lantaran saat ini petugas kesehatan kebersihan masih kurang.
"Jadi, gerakan pemberantas sarang nyamuk (PSN) massal, selain memberantas sarang nyamuk, ini juga momentum kita melakukan pembenahan," ungkap Roberto.
Roberto menegaskan, dirinya telah menginstruksikan, mulai Senin (9/3/2020) sampai 14 hari ke depan agar seluruh pihak melaksanakan gerakan pemberantasan nyamuk (PSN) secara massal.
Sebelumnya diberitakan, penderita DBD di Kabupaten Sikka, NTT, melonjak tajam sejak Januari hingga Maret 2020.
Penderita DBD itu dirawat di RSUD Tc Hillers Maumere yang menjadi andalan Pemerintah Kabupaten Sikka.
(Tribunnewswiki.com/Ami Heppy, Kompas.com/Nansianus Taris)
Artikel ini telah tayang di Tribunnewswiki.com dengan judul Sebanyak 13 Pasien DBD di Sikka Meninggal Dunia, Menkes: Itu Kehendak Tuhan, Bukan Kesalahan Kita