“Jika ditanya, saya sejujurnya tidak mau karena saya akan berusia 98 tahun pada pemilu 2023. Namun saya akan maju jika rakyat meminta.”
Kritik ketidaksabaran Anwar Ibrahim
Mahathir juga menggunakan wawancara ini untuk kembali melancarkan kritik pedas terhadap mantan sekutu dan musuh politiknya Anwar Ibrahim.
“Anwar itu tidak sabar. Ketika dia di UMNO, saya mengangkat dia sebagai Deputi Perdana Menteri di mana dia akan menggantikan saya ketika saya pensiun.
Yang ada dia tidak sabaran dan berkomplot untuk menjatuhkan saya. Tentunya upaya dia gagal.”
Tanpa ragu, Mahathir kembali menyebut Presiden Parti Keadilan Rakyat (PKR) tersebut tidak berubah seperti 2 dekade silam.
“Kali ini, Anwar berkampanye menggunakan orang-orangnya untuk meminta saya mundur.
Saya merasa saya hanya akan mundur jika waktunya sudah aman dan tepat,” serang Mahathir.
Mahathir menyindir hausnya Anwar akan kursi PM membuat koalisi Pakatan Harapan kolaps di mana dia terpaksa mundur dan Anwar sendiri gagal menjadi orang nomor satu negeri “Jiran”.
Hubungan antara dua politisi yang sudah mewarnai politik Malaysia selama 2 dekade ini memang pasang surut.
Sejak meninggalkan Putrajaya, Mahathir kerap menyalahkan Anwar sebagai biang kerok berakhirnya kekuasaan Pakatan Harapan yang memerintah selama 22 bulan.
Politisi kawakan itu juga menyebut Anwar tidak layak menjadi PM.
Padahal, dia sudah berjanji akan menyerahkan kekuasaan ke Anwar dua tahun setelah kemenangan Pakatan Harapan pada pemilu May 2018.
Terakhir dalam wawancara dengan Harian Sinar Harapan, Mahathir dengan tegas mengatakan Anwar tidak pernah mendapat dukungan suku Melayu karena ideologi politiknya yang terlalu liberal.
Dr M juga mengakui, dia masih memiliki masalah dengan Anwar yang pernah dipenjara namun bersedia bekerjasama dengannya untuk mengalahkan mantan PM Najib Razak yang menurutnya lebih berbahaya dari Anwar.