Test ini bertujuan untuk mendeteksi zat anti (antibodi) baik kelas igM maupun IgG terhadap SARS-CoV-2 (virus penyebab Covid19).
Zat anti tersebut terbentuk saat seseorang terpapar dg SARS-Cov-2 tapi perlu waktu beberapa hari setelah paparan.
IgM muncul lebih dulu diikuti IgG beberapa hari kemudian.
Artinya apa? Pada saat seseorang sudah "mengandung" virus SARS-Cov-2 di tenggorokannya bisa jadi IgM dan atau IgGnya belum terdeteksi oleh test kit serologi ini.
Jadi kalau hasil test negatif jangan lega dulu.
Tetap jaga jarak 1-2 meter dan hindari ke tempat umum, serta cuci tangan, karena hasil negatif dapat berarti 2 kemungkinan: pertama yang bersangkutan betul-betul bersih tidak terpapar, tapi juga tidak kebal.
Kedua, yang bersangkutan sudah infeksius tapi belum membentuk IgM atau IgG anti SARS-CoV2, sehingga berpotensi menularkan pada orang lain.
Karenanya, tandas Risdianty jangan merasa aman dari penularan (tertular atau menularkan) SARS-CoV-2 bila hasil IgM/G negatif.
“Rapid test kita udah diuji litbangkes. Negatif pun belum tentu betul-betul negatif karea bisa saja antibodi belum terbentuk. Jadi tetaplah waspada,” imbau Risdianty
Menyangkut pasien PDP nomor 3 yang positif berdasarkan rapid test, Risdianty mengatakan secara klinis juga mengarah pada gejala covid.
Sejak awal, sang pasien sudah mengalami gejala demam tinggi, batuk dan sakit tenggorokan.
Kemudian, lanjut Risdianty gejala sang PDP nomor 3 ini semakin berat karena diikuti sesak napas hingga diare.
Maka itu bukan pun melalui rapid test PDP nomor 3 mengarah pada gejala covid dan disarankan dirujuk ke RSUDZA.
PDP nomor 3 ini sendiri memiliki riwayat perjalanan ke Jakarta.
Seperti diberitakan sebelumnya, seorang Pasien Dalam Pengawasan (PDP) virus corona (Covid-19) di Rumah Sakit Umum Daera Kota Subulussalam, dinyatakan positif berdasarkan hasil rapid test.