Laporan Zainun Yusuf| Aceh Barat Daya
SERAMBINEWS.COM,BLANGPIDIE - Seorang laki-laki selalu memakai peci hampir saban hari bisa ditemui di pinggir Jalan Nasional, lokasi Paya Iedom, Gampong Samarinda, Kecamatan Babahrot, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya).
Tidak ada pelindung dari sengatan terik matahari seperti pondok kecil, laki-laki ini bertahan duduk di alam terbuka hanya beralaskan seuah bangku kecil dari bahan plastik. Keringat bercucuran dari kepala dan wajah laki-laki ini akibat terpaan terik matahari, di depannya tampak sebuah baskom juga dari bahan plastik.
Lokasi pinggir jalan yang dipilih menjadi tempat mangkalnya pun juga sepi. Karena lokasi ini memang berada agak jauh dari rumah-rumah warga Dusun Alue Jambe. Lokasi tersebut merupakan kawasan areal pertambangan galian C dari bahan material tanah gunung dan areal kebun kelapa sawit masyarakat antara dua tikungan patah setempat.
Dia adalah Maidi (32), laki-laki penyangdang tunanetra (penglihatan tidak berfungsi), warga Dusun Alue Jambe, Gampong Gunong Samarinda. Berada di lokasi tersebut mengharapkan belas kasihan berupa sedekah alakadarnya dari para pengguna jalan yang melintas di lokasi sepi itu.
Sebagian pengguna jalan yang melintas di lokasi, terutama para pengendara sepeda motor (sepmor), sepertinya sudah akrab dengannya. Maidi pun sudah menghafal betul suara sebagian pengguna jalan.
Beberapa pengendara motor dan mobil yang melintas menghampiri laki-laki tunanetra ini, kemudian memberi uang sedekah atau sumbangan ikhlas.
• Viral Video Pria Bentak dan Tunjuk Wajah Anggota TNI, Marah Saat Ditegur Tak Pakai Masker
• Indahnya Masjid Shitta Bey, Masjid Tertua di Nigeria yang Berdiri Sejak 1894
• VIDEO - Detik detik Bocah Penjual Jalangkote Di bully Hingga Dibanting
Paling tidak, para pengendara selalu menyapa atau menyampaikan salam kepada Maidi yang duduk di bawah terik matahari lokasi pinggir jalan. Maidi menjawab salam dari pelintas dengan ramah diseratai senyum khasnya. Dia sudah hafal betul nama-nama sejumlah pengendara motor yang ditandai dari suara saja.
“Saya tak bisa melihat lagi sejak usia tiga tahun akibat terkena penyakit,” kata Maidi, saat ditemui Serambinews.com, Minggu (17/5/2020). Memasuki usia remaja dia memilih kerja meminta sedekah dari para dermawan guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sampai berumah tangga.
Maidi meminta sedekah di alam terbuka lokasi tepi Jalan Nasional kawasan Paya Iedom sejak beberapa tahun lalu. Dia duduk di lokasi antara dua sampai tiga jam antara pukul 9.00 WIB sampai pukul 11.30 WIB. “Alhamdulillah, dapat sedekah Rp 40 ribu atau Rp 50 ribu,” kata Maidi dengan senyum khasnya.
Selama bulan Ramadhan 1441 H/2020 ini diakui yang bersedekah meningkat. Uang sedekah yang diperoleh digunakan menutupi ketuhan sehari-hari bersama dua anaknya masih usia sekolah menempati rumah sederhana di Dusun Alue Jambee, Gampong Gunong Samarinda.
Maidi punya tiga anak dari istrinya yang sudah meninggal dunia beberapa tahun lalu. Sedangkan anaknya yang tua sudah menikah, kini tinggal terpisah di daerah lain. Maidi menyandang status duda dengan kondisi keterbatasan seperti itu harus mengurus dan menghidupi dua anaknya yang masih tergolong kecil.
Hampir setiap hari, Maidi berangkat dari rumah menuju titik lokasi yang dijadikan tempat meminta sedekah dari pengguna jalan selama dua atau tiga jam.
Perjalanan pergi dan pulang dari rumah ke lokasi meminta sedekah berjarak sekitar 800 meter, Maidi berjalan sendiri menelusuri bahu jalan hanya dengan alat bantu berupa tongkat. Dia sudah hafal betul kondisi permukaan jalan yang dilalui setiap hari.