SERAMBINEWS.COM, PARIS - Perancis pekan ini mengumumkan telah membunuh pimpinan Al Qaeda di Maghreb Islam atau AQIM, yakni Abdelmalek Droukdel, di Mali.
Meski Abdelmalek Droukdel jarang terlihat di depan publik, ia adalah salah satu panglima milisi terkuat di wilayahnya.
Kantor berita AFP pada Minggu (7/6/2020) menyebut, kemungkinan kematian Droukdel akan berdampak pada kelompok-kelompok milisi di sana.
Bagaimana dia terbunuh?
Droukdel dan para pemimpin AQIM lainnya bertemu di sebuah lembah sungai di Mali utara pada 3 Juni, menurut sumber setempat.
Lembah terpencil yang berlokasi sekitar 20 kilometer (km) dari perbatasan Aljazair itu, sering digunakan sebagai sumber mata air oleh hewan-hewan.
Pasukan Perancis lalu bergerak cepat.
Pertama dengan serangan udara yang mengenai kendaraan, lalu mengerahkan 6 unit helikopter dan prajurit di darat.
Droukdel terbunuh dalam pertempuran bersama petinggi AQIM lainnya, Toufik Chaib.
Sementara itu seorang milili menyerah dan ditahan, kata Kolonel Perancis Ferederic Barbry.
Serangan itu terjadi di daerah tak bertuan yang sering dilintasi truk.
Terkadang para pengemudi sampai harus menunggu selama berminggu-minggu sebelum diizinkan menyeberangi perbatasan.
Daerah itu juga "wilayah strategis untuk perdagangan migran," kata seorang pakar PBB di Mali, dikutip dari AFP.
Bagaimana kematiannya akan memengaruhi para kelompok milisi?
Wilayah semi-gurun Sahel telah diduduki para milisi sejak mereka menguasai utara Mali pada 2012.