Sebenarnya, pascamati massalnya ikan sungai Longkib sehari lalu warga sudah menyampaikan dugaannya kalau peristiwa tersebut disebabkan pencemaran
Laporan Khalidin I Subulussalam
SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM – Mabuk massal hingga menyebabkan matinya ikan air tawar di Sungai Longkib, Kecamatan Longkib Kota Subulussalam yang diduga akibat pencemaran limbah pabrik semakin menguat.
Pasalnya, berdasarkan penelusuran yang dilakukan wartawan bersama kalangan LSM dan warga setempat, Rabu (17/6/2020) sore menemukan sejumlah fakta kuat adanya luapan limbah masuk ke sungai Longkib.
Sebenarnya, pascamati massalnya ikan sungai Longkib sehari lalu warga sudah menyampaikan dugaannya kalau peristiwa tersebut disebabkan pencemaran akibat limbah pabrik.
Namun pihak Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) PT Bumi Daya Agrotamas (BDA) membantah tegas adanya limbah mereka bocor dan menyebabkan kematian ikan sungai.
Bantahan tersebut juga disampaikan saat rombongan DPRK Subulussalam bersama Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) turun ke lokasi.
Meski dibantah, wartawan berupaya mencari fakta sesungguhnya dengan terus mengecek secara detail sekitar lokasi limbah pabrik.
Nah, benar saja, wartawan bersama Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA) serta masyarakat menemukan fakta kuat adanya bekas limbah pabrik yang terlihat meluber ke parit.
Limbah pabrik yang meluap dan masuk ke sela-sela parit tersebut bersumber dari kolam 3 ukurannya cukup luas.
• Baitul Mal Aceh Selatan Ingin Bantu Pasien Bocor Jantung, Terkendala Status Kependudukan di Abdya
• Sembilan Warga Positif Covid-19 dari Aceh Utara Dievakuasi ke Banda Aceh, Ini Kata Wakil Ketua Gugus
• Bener Meriah Rampingkan Posko Utama Tim Gugus Tugas Covid-19
Kemudian dari luapan kolam 3 tampak bekas aliran limbah basah ke parit yang airnya bermuara ke sungai Longkib.
Fakta tersebut menunjukan jika bekas aliran limbah masih baru dan basah.
Selain itu terdapat pula bekas timbunan tanah di sisi kolam 3 yang diduga sengaja untuk menahan luapan limbah.
Tanah timbunan masih baru dan segar bahkan ditemukan pohon kelapa sawit yang masih hijau ikut dalam tumpukan material pada tepi kolam 3.
Selanjutnya, wartawan juga menerima informasi dan fakta baru dari sumber mengenai matinya ikan di sungai Longkib.
Fakta lain yakni informasi bocornya tangki penampung Crude Palm Oil (CPO) dan tumpah ke parit hingga mencemari sungai.
Namun sejauh ini belum ditemukan secara pasti aliran CPO yang dikabarkan tumpah dari tangki penampungan.
Hanya saja, wartawan bersama warga, DPRK, Camat dan YARA menyusuri lokasi parit yang terpaut sekitar 30 meter dari kolam 3 mendapati sisa limbah berwarna kuning.
Parit yang lokasinya berada di dekat penumpukan janjang kosong (Jangkos) terdapat sisa limbah berwarna kuning dan mengental.
Ada kabar jika minyak kental berwarna kuning tersebut adalah sisa CPO yang tumpah beberapa waktu lalu.
Namun sejauh ini belum diperoleh kepastian apakah benar sisa minyak terkait merupakan bagian dari CPO.
Begitupula soal kabar kebocoran tangki penampungan CPO belum terkonfirmasi kepastiannya.
Fakta lain yang ditemukan di lapangan terdapat penyusutan air limbah pabrik di kolam 3 antara 30-40 centimeter.
Tanda-tanda penyusutan air kolam tersebut terlihat dari tanda yang melekat di sepanjang sisi kolam.
“Bukti di tepi kolam itu ada tampak penyusutan airnya, ini fakta kalau air limbah kolam ada terbuang.
Bayangkan kalau ukuran kolam 20X50 meter X 30 centimeter berapa ton limbah terbuang,” ujar Edy Saputra, Ketua YARA Kota Subulussalam.
Bukan hanya itu, di lapangan juga ditemukan fakta ikan mati berbeda dengan keracunan zat kimia semacam insektisida atau lainnya.
Sebab menurut warga biasanya jika karena zat kimia biasanya perut ikan akan kembung dna cepat membusuk.
Lalu cakupan racun bukan hanya ikan ukuran kecil tapi turut mematikan yang besar.
“Kalau racun kimia itu biasa baunya pun menyengat, beda kali itu. Pokoknya kami menduga kuat ini pencemaran limbah pabrik,” tegas Rajudin, Kepala Desa Longkib.
Camat Longkib, Makmur menduga kuat matinya ikan secara massal di Sungai Longkib akibat pencemaran limbah Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) PT Bumi Daya Agrotamas (BDA) di sana.
Keyakinan tersebut muncul menyusul temuan luapan limbah yang masuk ke aliran parit di sekitar kolam limbah PMKS PT BDA, Rabu (17/6/2020) sore tadi.
Camat Longkib Makmur pun meyakini adanya kaitan kematian ikan di sungai dengan kolam limbah meluber ke parit hingga kali di sana.
Bahkan Makmur sempat kesal kepada manager PT BDA lantaran saat dia bersama anggota DPRK Subulussalam turun tidak ditunjukan lokasi kolam limbah terkait.
“Kami yakin jika limbah ini mencemari sungai hingga membuat ikan-ikan kemarin mati massal,” ujar Makmur menunjukan sejumlah bukti mulai adanya bekas sisa limbah keluar kolam dan mengalir ke parit hingga timbunan tanah yang baru.
Hal senada disampaikan Khalidin Anak Ampun, anggota DPRK Subulussalam.
Khalidin meminta pihak perusahaan segera jujur dan berterus terang terkait pencemaran sungai akibat limbah pabriknya.
Menurut Khalidin, fakta di lapangan sudah mengarah adanya pencemaran sungai hingga menyebabkan ikan mati secara massal kemarin.
Awalnya, saat rombongan anggota DPRK Subulussalam yang langsung dipimpin ketua Ade Fadly Pranata Bintang serta Wakilnya Dewita Karya gagal menemukan bukti limbah masuk ke sungai alias bocor.
Namun berapa jam setelah pihak Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) serta anggota dewan beranjak pergi, beberapa warga menemukan kolam limbah yang diduga meluap. Kolam limbah yang meluap dan mengalir ke parit tersebut diduga menjadi penyebab matinya ikan secara massal di wilayah itu.
Adalah kolam nomor tiga yang ditemukan terdapat bekas luapan limbah hingga meluber ke tepi dan mengalir ke parit hingga kali. Selain itu di sekitar tepi kolam terdapat bekas timbunan tanah yang masih segar.
Penimbunan tepi kolam tersebut diyakini baru dikerjakan paling lama satu hari atau bertepatan setelah limbah meluber. Parit bekas aliran limbah bermuara ke kali hingga sungai lokasi ikan mati massal.
Bukan hanya itu, tak jauh dari kolam terdapat tumpukan limbah padat yang masih mengental di permukaan air parit. Parit ini sendiri airnya mengalir ke sungai Longkib. Berdasarkan informasi dari sejumlah sumber sudah lazim setiap pabrik memiliki sembilan kolam. Nah, biasanya kolam 1 sampai 8 masih berbahaya atau mengandung racun dan jika masuk ke sungai dapat menyebabkan kematian hewan-hewan.
Adapun kolam sembilan biasanya sudah aman karena PH nya diatas 7 sehingga tidak berbahaya lagi bagi hewan air. Sementara limbah yang terpantau meluber hingga tumpah ke parit berasal dari kolam nomor 3.
Informasi lain selain limbah pabrik muncul kabar jika adanya kebocoran tangki penampungan Crude Palm Oil/CPO hingga meluap ke parit dan masuk ke kali.
Semula, Manager Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) PT Bumi Daya Agrotamas (BDA), Jafar Silalahi membantah ikan yang mabuk dan mati secara massal di sungai Longkib, Kecamatan Longkib, Kota Subulussalam karena limbah pabrik mereka.
Bantahan itu disampaikan Jafar Silalahi saat dikonfirmasi Serambinews.com dan para wartawan yang turun bersama kalangan anggota DPRK Subulussalam, Rabu (17/6/2020) petang tadi.
Rombongan wakil rakyat yang turun ke lokasi dipimpin langsung Ketua DPRK Ade Fadly Pranata Bintang bersama wakilnya Dewita Karya Munthe diikuti para anggota Karlinus, Khalidin Aa, Ade Rizky Noviani Bru Bintang, Jefri, Dolly S Cibro dan H Mukmin.
Jafar sendiri membawa rombongan DPRK Subulussalam, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) bersama camat dan kalangan LSM ke kolam penampungan limbah nomor 8 dan 8.
Jafar Silalahi, menunjukan kolamnya stabil dan tidak ada yang jebol atau bocor. Dia meyakini jika matinya ikan tersebut bukan karena limbah pabrik yang dia pimpin.
"Lihat saja, tidak ada limbah kami yang jebol atau bocor.
Seperti disaksikan bersama beberapa kolam yang kami tunjukkan tidak ada bukti kolam limbah jebol atau bocor.
Soal ikan mati itu kami tidak tau. Kalau pembuangan limbah memang ke situ (sungai) tapi sudah steril, Ph nya diatas 7,” kata Jafar,” menjawab wartawan.
Menurut Jafar pembuangan limbah mereka di kolam terakhir memang mengalir ke kali dan sungai. Tapi, kata Jafar limbah yang dibuang tersebut diklaim telah PH nya telah diatas 7 dengan demikian aman bagi ikan-ikan atau hewan di sungai.
Saat ditanyai adanya laporan warga saat peristiwa ikan mabuk massal tercium aroma limbah, Jafar tidak menjawab.
Pun demikian soal kolam terakhir atau nomor 9 yang sejatinya sudah aman dan tidak ada ikan di sana, Jafar mengaku baru bertugas di pabrik tersebut.
Sebelumnya ratusan ribu ekor lebih ikan air tawar berbagai jenis di Sungai Longkib, Desa Longkib, Kecamatan Longkib, Kota Subulussalam yang mabuk dan mati massal diduga akibat keracunan limbah.
”Kami menduga kuat ikan-ikan di sungai mati karena limbah,” kata Rajudin, Kepala Desa Longkib kepada Serambinews.com, Rabu (17/6/2020).
Rajudin menyatakan dia sempat menyaksikan langsung ikan-ikan air tawar mabuk sempoyongan di sungai Longkib.
Dari amatan secara fisik, kata Rajudin dipastikan jika ikan-ikan tersebut mabuk bukan disebabkan racun kimia.
Sebab, menurut Rajudin yang didampingi Kepala Desa Sepang Nasir, ada perbedaan ikan mabuk atau mati karena racun kimia.
Dikatakan, jika ikan mati massal karena racun kimia biasanya habis punah mulai ukuran kecil hingga besar.
Lagi pula, kata Rajudin, biasanya ikan yang mati karena racun kimia perutnya kembung. Selain itu, Rajudin dan warga juga mendapati perubahan warna air sungai Longkib.
Saat kejadian ikan mabuk massal bahkan mati kondisi air berubah dan terdapat campuran seperti limbah berwarna kuning.
Lantaran itu warga menduga kuat jika kematian ikan secara massal di Sungai Longkib disebabkan pencemaran limbah pabrik minyak kelapa sawit.
Warga pun mengaku mendapat beberapa petunjuk adanya limbah yang mencemari sungai Longkib hingga membuat ikan-ikan di sana musnah.
Warga mensinyalir adanya luapan atau tumpahan limbah Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) yang beroperasi di Longkib ke sungai.
Ahmad yang merupakan warga Longkib mengaku jika ikan mabuk dan mati massal tersebut baru terjadi kali ini.
Sebelumnya kata Ahmad belum pernah ada kejadian ikan mabuk massa di sungai yang bermuara ke Sungai Souraya.
Atas kejadian ini, kata Ahmad, mereka memastikan semua jenis ikan dan udang air tawar di Sungai Longkib terancam punah.
Pasalnya, dari jumlah ikan yang mati diperkirakan semuanya hinggayang kecil.
Lebih jauh Ahmad menjelaskan, yang mabuk massal hingga mati tersebut diduga akibat air sungai sudah tercemar.
Ini karena saat masuk ke sungai mereka mencium aroma limbah. Ahmad membantah ikan terkait mati akibat racun kimia.
“Kalau racun kimia biasa baunya lebih menyengat ini lebih mengarah ke bau limbah,” ujar Ahmad
Ahmad menyatakan akibat kematian ikan secara massal ini bakal berdampak pada pencarian masyarakat sekitar.
Pasalnya, ada tiga desa di sana yang masyarakatnya mayoritas menggantungkan hidup dari sungai Longkib. Ketiga desa tersebut adalah Longkib, Panji dan Seperkas. (*)