Laporan Rahmat Saputra I Aceh Barat Daya
SERAMBINEWS.COM, BLANGPIDIE - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Aceh Barat Daya (Disdikbud Abdya) mengizinkan kepala sekolah menggunakan dana Bantuan Operasional Siswa (Bos) untuk membeli paket internet dan fasilitas penunjang siswa dalam menerapkan proses belajar mengajar online atau daring.
Hal tersebut disampaikan Kepala Disdikbud Abdya, Jauhari SPd merespons tentang keluhan warga Babahrot dan anggota DPRK tentang tidak efektifnya penerapan belajar di rumah selama masa pendemi covid-19.
"Saat ini, kita sedang melakukan sosialisasi kepada para kepala sekolah, dan para operator tentang perubahan Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah atau RKAS penggunaan dana Bos," ujar kepala Disdikbud Abdya, Jauhari SPd, Kamis (18/6/2020).
• Berhasil Cegah Pendatang Terinfeksi Covid-19, Komandan Kodim 0107 Apresiasi Kinerja Gugus Tugas
Karena, katanya, salah satu syarat bisa digunakan dana Bos untuk pembelian paket internet dan fasilitas pendukung siswa, harus dilakukan perubahan RKAS atau Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah.
"Jika perubahan itu sudah rampung, maka pihak sekolah boleh menggunakan dana Bos untuk membeli internet dan fasilitas lain untuk siswa," katanya.
Bahkan, Jauhari sudah meminta sekolah-sekolah yang berada di kawasan kota dan ada jangkauan kabel optik, segera memasang akses internet di masing-masing sekolah.
"Kalau yang jauh dan tidak ada akses internet, kita cari solusi lain, sehingga siswa tetap bisa belajar," sebutnya.
Menurutnya, selain daring, pihaknya juga menerapkan proses belajar mengajar laring atau mendatangi ke rumah siswa.
"Kalau sistem laring, nantinya masing-masing siswa kita serahkan buku khusus. Selanjutnya, setiap minggu siswa itu akan mengisi LKS atau lembaran kerja siswa Intinya, proses belajar selama pendemi covid-19 ini, tetap dilaksanakan," pungkasnya.
Keluhkan Proses Belajar Online
Sebelumnya, diberitakan sejumlah orangtua murid di kawasan Babahrot Abdya mengeluhkan penerapan belajar di rumah selama masa pendemi covid-19.
Pasalnya, selama proses belajar mengajar di rumah dengan sistem tatap muka secara daring (online) itu, membuat para wali murid kesulitan.
Kesulitan bukan saja dalam mengawasi anak-anaknya dalam belajar, tapi juga menyediakan sarana pendukung untuk proses belajar-mengajar berlangsung, seperti akses internet.
"Ya, akibat jaringan tidak bagus, anak-anak jadi malas untuk belajar," ujar Adi, salah seorang wali murid dari Babahrot.
Menanggapi hal tersebut, anggota DPRK Abdya, Yusran meminta Pemerintah Abdya melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat, dan pihak terkait untuk menyediakan fasilitas penunjang berupa akses internet yang baik.
"Kami menilai proses belajar di rumah tidak efektif, karena beberapa wali murid di gampong, selama ini sangat kesulitan mendapatkan akses internet, bahkan tidak ada sama sekali," ujar anggota DPRK Abdya, Yusran Adek.
Untuk itu, ia meminta pemerintah menyediakan fasilitas penunjung berupa akses internet, sehingga bisa memudahkan para siswa dalam proses belajar mengajar.
"Kalau memakai handphone sangat sulit, selain menambah biaya, juga akses jaringan beberapa gampong di Bahahrot dan Kuala Batee tidak bagus. Solusinya, pemerintah dan pihak terkait menyediakan taman digital atau jaringan wifi, atau memberikan paket data ke masing-masing wali murid," pinta politisi NasDem tersebut.
Karena, lanjutnya, jaringan wifi, sampai saat ini di kawasan Kecamatan Babahrot tidak terkoneksi, sehingga sangat menganggu proses belajar mengajar siswa secara online yang diterapkan pemerintah.
Menurutnya, jika menyediakan dua fasilitas internet dinilai sulit, solusinya guru harus mendatangi ke rumah siswa secara bergiliran, dengan sistem belajar kelompok.
"Jumlahnya terserah, apakah satu kelompok empat atau lima orang. Namun, saya berharap, mata rantai penyebaran virus corona ini harus kita putuskan, proses belajar mengajar, tetap jalan, sehingga siswa tidak tertinggal mata pelajaran," pungkasnya.(*)