Bahkan, bertentangan dengan janji yang memungkinkan otonomi tingkat tinggi di bekas jajahan Inggris selama 50 tahun setelah kembali ke China pada 1997.
Menteri Luar Negeri Jepang, Toshimitsu Motegi mengeluarkan pernyataan penyesalan atas undang-undang itu.
Dia mendesak China menghormati hak-hak orang Jepang dan perusahaan yang beroperasi di Hong Kong.
Kunjungan pemimpin Tiongkok itu bisa membantu memperlancar hubungan bilateral yang lama terbengkalai karena sejarah perang dan masalah teritorial.
Namun, dalam beberapa pekan terakhir ini, Tiongkok terus mengirim kapal ke perairan dekat Kepulauan Senkaku di Laut Cina Timur.
Sejak April 2020, Jepang telah melihat 67 kapal Penjaga Pantai China dekat perairan ini.
Sehingga mempertinggi situasi yang sudah tegang akibat penanganan salah pandemi virus Corona oleh Tiongkok.
Menteri Pertahanan Jepang, Taro Kono mengatakan prilaku China atas Kepulauan Laut Cina Timur membahayakan perdamaian di wilayah tersebut.
Pernyataan itu muncul di tengah ketegangan yang berkepanjangan antara kedua negara mengenai Kepulauan Senkaku di Jepang dan Diaoyu di China yang jatuh di Laut Cina Timur.
Retorika telah meningkat dalam beberapa hari terakhir, dengan Jepang melaporkan peningkatan aktivitas dari China di daerah tersebut.
Jepang telah mengerahkan jet tempur setelah militer China terbang dekat wilayah udara Jepang.
Jika Jepang membalas, langkah itu dapat memicu konflik militer besar-besaran di wilayah itu yang dapat melibatkan Amerika Serikat dalam masalah ini.
Karena Washington terikat untuk mempertahankan Tokyo berdasarkan perjanjian pertahanan antara kedua negara.
Pada konferensi pers baru-baru ini, Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshihide Suga menekankan:
“Kepulauan Senkaku berada di bawah kendali kami dan tidak diragukan lagi wilayah kami,”