Sambil menunggu pesanan tiba, cemilan kerupuk dan kacang mengawali kuliner kami. Menunggu sekitar 15 menit, pesanan yang ditunggu-tunggu pun tiba. Hujan rintik-rintik saat itu membuat suasana semakin syahdu dan rasa mi kepiting jadi lebih sempurna. Gigitan nyamuk yang menyerang pun tak terasa karena terlena dengan rasa mi kepiting ini.
Kami pun melahap mi kepiting dengan perlahan dan sangat menikmatinya. Karena saat itu tidak tersedia alat untuk membuka cangkang kepiting, maka melalui gigitan pun jadilah.
Saat sedang asyiknya menikmati, listrik pun padam. Namun, itu tidak menjadi pengurang kenyamanan kami. Apalagi dengan sigap pekerja mengambil lampu seadanya untuk menerangi meja hidangan. Dibantu beberapa penerang dari senter handhphone pribadi, kami pun meneruskan untuk menghabiskan kuliner favorit ini. Perlu waktu setengah jam lebih untuk menghabiskan hidangan dengan porsi kepiting tersebut bersama keluarga.
Setelah menyantapnya kami pun membayar dan ternyata harganya cukup terjangkau. Sepanjang jalan kembali ke rumah, kami terbayang akan nikmatnya mi kepiting yang barusan kami nikmati. Terpikir akan kembali ke sini dengan membawa keluarga tersayang, teman, ataupun tamu luar daerah maupun mancanegara sambil mempromosikan Aceh dengan berbagai kuliner lainnya yang sangat nikmat.
Dengan kondisi pandemi corona sekarang ini, mungkin beberapa orang menunda untuk berkunjung ke tempat kuliner. Bagi saya, dengan mengikuti saran pemerintah untuk tetap mematuhi protokol kesehatan maka tidak ada alasan juga untuk tidak menikmati kuliner kepiting Kuala Bubon ini. Paling tidak, meminta penjual untuk membungkus agar bisa disantap di rumah atau di penginapan.
Mencicipi kuliner Meulaboh akan membuat kita ketagihan dan ingin kembali ke Kota Pahlawan ini. Jadi, tunggu apa lagi? Ayo segera ke Meulaboh!