SERAMBINEWS.COM - Komet langka bernama Neowise akan melintasi langit Indonesia pada bulan Juli ini.
Fenomena penampakan Komet Neowise terhitung langka karena komet ini baru kembali mendekati Bumi sekitar 6.800 tahun lagi
Mengutip Science Alert, Minggu (13/7/2020), komet Neowise baru ditemukan pada 27 Maret 2020 lalu oleh teleskop luar angkasa NASA.
“Berdasarkan infra merah, kami bisa memperkirakan panjangnya sekitar lima kilometer. Di badannya terdapat partikel sisa pembentukan Tata Surya kita 4,6 miliar tahun lalu,” kata investigator NASA untuk Neowise, Joseph Masiero.
Komet Neowise juga bisa dilihat dari wilayah Indonesia, menurut astronom amatir Marufin Sudibyo.
Meski demikian, kawasan yang paling baik untuk bisa melihat komet Neowise ini hanyalah kawasan stubtropis.
Khususnya lintang tinggi seperti Eropa dan Amerika di hemisfer utara, serta Selandia Baru dan Australia selatan di hemisfer selatan.
Marufin menuturkan, pada 3 Juli 2020 lalu, komet ini mencapai perihelion terdekat dengan Matahari kemudian kembali mengorbit di Tata Surya, dan periode waktunya berakhir pada 10 juli 2020.
Ilustrasi komet (Kompas)
"Upaya untuk mengamati komet (Neowise) dari Indonesia sebelum 10 Juli 2020, tidak menampakkan hasil karena terlalu rendah," kata Marufin, Selasa (14/7/2020).
Kapan waktu melihatnya?
Di Indonesia, komet Neowise diperkirakan dapat terlihat pada tanggal 20 Juli 2020 setelah Matahari terbenam. "Komet ada di langit barat laut," kata dia.
Komet ini bisa disaksikan setelah Matahari terbenam, karena diperkirakan sudah lebih redup atau saat estimasi magnitudonya +3 hingga +4.
Maka, komet ini baru akan dilihat jika fase senja sipil (civil twilight) sudah berakhir.
Dengan kata lain, komet berkemungkinan baru bisa dilihat mulai 25 menit pasca terbenamnya Matahari.
Namun, ketinggian komet ini diperkirakan akan meningkat, tetapi magnitudonya akan terus menurun.
Cara melihatnya Untuk wilayah Indonesia, kata Marufin, pada estimasi magnitufo +3 hingga +4 sebenarnya objek tersebut mudah dilihat dengan teleskop kecil tetapi relatif sulit dilihat dengan mata telanjang atau tanpa alat bantu optik.
Saat objek tersebut sudah mulai lebih meredup lagi, maka membutuhkan alat bantu baik kamera dengan lensa fotografis yang fokusnya panjang sekitar 50 milimeter atau lebih, atau binokuler.
"Komet mungkin masih bisa dilihat dengan mata telanjang hanya oleh pengamat yang berpengalaman," katanya.
Sederet fenomena langit lainnya pada Juli 2020
1. Konjungsi inferior Merkurius: 1 Juli
Konjungsi atau kesejajaran planet Merkurius ini, berdasarkan informasi dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), akan terjadi pada tanggal 1 Juli 2020 ini.
Adapun menurut Kepala Bidang Diseminasi Pusat Sains Antariksa Lapan, Emanuel Sungging, konjungsi inferior merkurius ini terjadi ketika Matahari, Merkurius dan Bumi berada pada satu garis lurus.
"Konjungsi (inferior) Merkurius ini menandai pergantian ketampakan Merkuris yang semula dapat terlihat ketika senja, kemudian berubah menjadi (Merkurius tampak di langit) ketika fajar," katanya.
2. Aphelion Bumi: 4 Juli
Dijelaskan oleh astronom amatir Indonesia, Marufin Sudibyo, bahwa tepat pada tanggal 4 Juli 2020 ini, masyarakat bisa menyaksikan fenomena Aphelion di langit dari Bumi.
Untuk diketahui, Aphelion adalah titik di mana jarak antara Bumi dengan Matahari menjadi yang terjauh. Jarak jauhnya itu nanti diprediksikan akan mencapai 152,1 juta kilometer.
"Matahari di Aphelion Bumi dapat diamati dari seluruh anggota tata surya lainnya," kata Marufin kepada Kompas.com, Rabu (1/7/2020).
3. Gerhana Bulan Penumbra (GBP): 5 Juli
Gerhana Bulan Penumbra (GBP) pada tanggal 5 Juli mendatang, kata Marufin, merupakan gerhana bulan yang ketiga dari empat gerhana bulan dalam tahun 2020 ini.
GBP ini nantinya diprediksikan akan dimulai pada pukul 10.28 WIB dan berakhir pukul 12.53 WIB bersamaan dengan bulan purnama.
Akan tetapi, tidak seperti Aphelion, GBP kali ini tidak dapat diamati dari seluruh wilayah di Indonesia.
4. Matahari di atas Ka'bah: 15 Juli
Posisi atau kedudukan Matahari tepat di atas Ka'bah akan kembali terjadi pada 15 Juli mendatang, dan menjadi yang kedua sekaligus terakhir pada tahun 2020 ini.
Matahari pada posisi ini, berkedudukan tepat melintas di lintang Ka'bah (21º 25' LU) dalam gerak semu tahunannya.
Serta, pada saat yang sama juga, Matahari sedang melintaaasi garis meridian Ka'bah (39º 50' BT). "Sehingga Matahari akan tepat berada di titik zenith Ka'bah," ujarnya.
Anda yang berada di wilayah selain Kepulauan Maluku dan Pulau Irian bisa mengamati terjadinya fenomena Matahari di atas Ka'bah ini.
5. Bulan sabit termuda: 21 Juli
Bulan sabit termuda ini merupakan fenomena biasa yang sering terjadi pada setiap bulannya.
Fenomena ini, kata Marufin, dijadikan sebagai penentu bagi awal bulan kalender dalam kalender Hijriyyah. Kemungkinan besar, di Indonesia sendiri kondisi langit dengan bulan sabit termuda ini akan dapat dilihat dari seluruh wilayah Indonesia.
Namun, Anda juga diminta untuk mengamatinya menggunakan alat bantu optik seperti teleskop. Sebab, hanya pengamat berpengalaman yang bisa mendeteksinya tanpa alat bantu optik.
(TribunnewsWiki/Tyo/Kompas/Ellyvon Pranita/)
• Mendadak Buat Pengumuman Mengejutkan, Pemerintah Malaysia Akan Tangkap Kaum Transgender di Negaranya
• Makin Panas, Militer Inggris Ikut Kepung Tiongkok di Laut China Selatan, Gabung dengan AS & Jepang
• Sepasang Muda-mudi Digerebek di dalam Mobil Bergoyang, Ditemukan Banyak Tisu dan Kondom Bekas Pakai
• Kisah Pilu Guru Kontrak di Pedalaman Geumpang Pidie, Harus Melintasi Jalan Berbatu & Mendaki
Artikel ini telah tayang di tribunnewswiki.com dengan judul Komet Neowise Akan Melintasi Langit Indonesia pada 20 Juli, Baru Kembali 6.800 Tahun Lagi.