Sukamto mengungkapkan, biaya perawatan satu ekor kambing yang dibawa dari Wonosobo ke Jakarta masing-masing Rp 300 ribu.
"Ditotal 70 ekor kambing, jadi sudah Rp 21 juta sendiri dan sekarang belum ada yang laku," katanya. "Itu prihatin banget, itu memang berat banget kalau begini kondisi," katanya lagi.
Curahan hati yang sama oleh Marwoto Poniman (60), kakak Sukamto.
• Meski Dibubarkan Presiden, Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Aceh Selatan Tetap Berjalan
• Pemkab Aceh Timur Awasi Ketersediaan Bahan Pangan Selama Covid-19
Ia menceritakan, pendapatan dari berdagang hewan kurban di masa pandemi Covid-19 masih nihil.
Uang yang dijadikan modal berdagang hewan kurban di Ibu Kota telah habis. Mereka kini kesulitan sekadar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di Jakarta.
"Buat makan di Jakarta susah. Bahkan terpaksa ngutang di warung untuk beli rokok juga ngutang di warung, karena kambing belum laku sama sekali," ungkap Marwoto.
Marwoto mengatakan, proses pendistribusian hewan kurban yang dijualnya bersama Sukamto di Jakarta merupakan alasan mereka kehabisan uang.
Para pedagang hewan kurban, kata Sukamto, sekadar untuk membuat surat jalan dari Jawa ke DKI Jakarta kini dikenai biaya yang cukup besar.
"Bayar pos ternak per ekor kambing Rp 10 ribu, sapi Rp 25 ribu per ekor. Tahun kemarin bisa Rp 1.000, malah bisa tidak ngasih. Masalah perjalanan, per ekor 10 ribu 70 ekor sama dengan 700 ribu," jelas Marwoto.
"Padahal uang 700 ribu itu cukup makan beberapa hari di Jakarta karena tidak tahu di jalan ada seperti itu. Tahunya biasa-biasa saja, tidak tahu ada biaya seperti itu," sambung Marwoto.
• Sebentar Lagi Idul Adha, Begini Cara Simpan Daging Kambing Agar Tidak Bau dan Awet Sampai 9 Bulan
Marwoto juga mengeluhkan modal berdagang hewan kurban yang didapatnya dari bank.
Marwoto dan Sukamto mengambil pinjaman dari bank sebelum ada Covid-19 dengan masa pengembalian satu tahun.Pinjaman dari bank dimanfaatkan untuk membeli bibit kambing, yang kemudian dipelihara untuk dijual di Hari Raya Idul Adha.
Ongkos perawatan per bibit kambing, jelas Marwoto, satu bulan bisa mencapai Rp 50 ribu.
Bibit kambing dirawat selama 10 bulan sebelum layak dijual. Berarti Marwoto dan Sukamto sudah menghabiskan sebesar Rp 500 Ribu untuk satu ekor kambing yang kini mereka jual di Ibu Kota.
"Kami sudah belanja sebelum ada wabah Corona dan duitnya tidak kembali, otomatis kesusahan mengembalikan pinjaman di bank. Namanya orang minjam tentu punya tanggung jawab, tapi kondisinya seperti ini otomatis makan waktu," sambung Marwoto.
Marwoto berharap agar pemerintah segera melihat kondisi pedagang hewan kurban di masa Covid-19.
"Masyarakat kecil berharap bola dijemput pemerintah. Kami kalau mau ngoper bola tidak sampai ke pemerintah," ujarnya.(tribun network/Lucius Genik)