Jadi jelas itu bukan pekerjaan mudah.
Sepertinya, Erdogan sedang berpacu dengan waktu.
Berpacu dengan sisa masa pemerintahannya.
Agar ia dapat meraih sebiasa mungkin apa yang telah dicita-citakan dan aspirasi umat Islam.
Maka saat mengumumkan Hagia Sophia kembali difungsikan sebagai masjid sesuai wasiat Sulthan Muhammad Al Fatih, Erdogan menyebut bahwa pembebasan Hagia Sophia akan menjadi jalan pembuka bagi pembebasan Masjidil Aqsha di Yerusalem.
Retorika Erdogan ini membuat Yahudi marah.
Begitu juga para pengikutnya.
Bagaimana tidak marah, Erdogan dianggap sedang memprovokasi muslim dunia untuk menghentikan penjajahan Yahudi atas tanah Palestina.
Jika menghadapi perlawanan Hamas saja begitu sulit bagi Israel, lalu bagaimana mungkin Israel akan sanggup menghadapi umat Islam sedunia yang ingin membebaskan Masjidil Aqsha jika umat Islam telah tersadar dari tidur panjangnya.
Erdogan tentu paham tidak mudah membebaskan Masjidil Aqsha tanpa kesadaran muslim sedunia.
Tidak mungkin Turki melakukannya sendiri.
Apalagi, pada faktanya negara-negara Arab saat ini telah berada dalam ketiak Israel.
Jalan ke Yerusalem untuk membebaskan Masjidil Aqsha tidak mudah.
Jalan-jalan itu dihalangi tembok-tembok besar yang diletakkan para pemimpin Arab sendiri.
Plus, ada Israel Besar yang hingga saat ini masih berposisi sebagai negara adikuasa, meskipun terus melemah, yaitu Amerika Serikat dan Eropa.