Tes Swab Terancam Berhenti

Editor: bakri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah, MT bersama Sekretaris Daerah Aceh dr Taqwallah M Kes meninjau persiapan ruang penanganan Covid-19 di RSUZA, Minggu malam.

Terpisah, Bupati Aceh Barat Daya (Abdya), Akmal Ibrahim SH, Senin (3/8/2020) memutuskan menutup sementara Rumah Sakit Umum Teungku Peukan (RSU TP). Penutupan dilakukan selama 14 hari terhitung sejak Senin kemarin sampai Minggu (16/8/2020) mendatang.

Meski rumah sakit tutup, namun khusus layanan Instalasi Gawat Darurat (IGD), Apotik, Ruang Haemodalisa (HD), Unit Transpusi Darah (UTD), dan Ruang Isolasi Khusus (RIK) Covid-19 tetap dibuka seperti biasa.

Keputusan penutupan RSU TP ini tertuang dalam surat pemberitahuan Bupati Abdya, Nomor 050/842/2020 tanggal 1 Agustus 2020. Surat ditandatangani Bupati Akmal Ibrahim ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Abdya.

Dalam surat pemberitahuan itu, Akmal menjelaskan, klaster terbaru terbentuk di RSU TP dengan ditemukan 15 orang tenaga kesehatan (medis) yang bertugas di rumah sakit tersebut dinyatakan positif Covid-19 berdasarkan hasil pemeriksaan swab metoda RT PCR di Laboratorium Balitbangkes Aceh.

Bupati juga meminta kepada Dinas Kesehatan agar menyampaikan kepada seluruh Puskesmas untuk melakukan perawatan pasien secara intensif di masing-masing Puskesmas Rawat Inap, serta tidak merujuk pasien ke RSU TP  Abdya sampai adanya pemberitahuan selanjutnya.

Bagi pasien yang memerlukan obat khusus seperti TB-MDR, obat jantung, obat diabetes mellitus, obat epilepsy, akan dilayani pada hari Rabu setiap minggunya. Sedangkan bagi pasien yang bersifat darurat (emergency) memerlukan rujukan, maka dirujuk ke rumah sakit terdekat. Rujukan tersebut harus melalui IGD RSU TP Abdya.

DPRK Abdya juga mendukung langkah yang diambil Bupati Akmal. Ketua DPRK Abdya, Nurdiandot, menilai penutupan itu merupakan langkah yang tepat. Meski demikian, pemerintah harus memberi batasan yang tegas. Isolasi tidak cukup untuk pasien saja, tapi dilakukan secara luas, termasuk keluarga pasien.

Pemerintah juga harus membuat batasan berkumpul masyarakat di suatu tempat, contoh tempat-tempat rekreasi dadakan yang saat ini sangat ini ramai dikunjungi pasca-lebaran. "Begitu juga warung-warung kopi, agar pengunjung dan pemilik mematuhi protokoler kesehatan yang ditetapkan, kalau tidak, maka tutup saja," tegasnya.

Hal yang sama juga diutarakan Wakil Ketua DPRK Abdya, Hendra Fadli SH. Ia meminta kepada masyarakat agar tetap melaksanakan protokol kesehatan, saat ke luar rumah, khususnya saat bepergian ke tempat fasilitas umum. Apabila itu dilakukan, ia yakin fasilitas umum dan warung kopi tidak perlu ditutup. "Kalau itu (protokol kesehatan) tidak diterapkan, maka pemerintah harus kembali menutup warung kopi, dan fasilitas umum," cetusnya.

Sterilisasi

Sementara itu, Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Pemerintah Aceh, Saifullah Abdulgani menjelaskan, penutupan sementara RSU TP diperlukan untuk sterilisasi ruang rawat inap dan beberapa ruangan lainnya. "Penutupan itu perlu dilakukan untuk sterilisasi ruangan dan peralatan medis, karena percikan mulut atau hidung penderita covid itu bisa menempel di berbagai tempat yang ada di ruangan itu mengigat ada 15 orang yang positif di RS tersebut," kata pria yang akrab disapa SAG ini.

Salah seorang pasien Covid-19 di Kabupaten Aceh Barat mengamuk. Pasien tersebut bahkan memecahkan kaca jendela ruangan tempat yang bersangkutan dirawat, di Rumah Sakit Jiwa, kawasan Beureugang, Kecamatan Kaway XVI, Aceh Barat, Senin (3/8/2020).

Informasi yang diperoleh Serambi, pasien tersebut mengamuk diduga disebabkan kurangnya pelayanan yang diberikan pihak rumah sakit. Namun Pemkab Aceh Barat mengatakan bahwa persoalan tersebut sudah berhasil diatasi dengan baik, termasuk soal pemenuhan kebutuhan pasien di rumah sakit.

“Semua kebutuhan pasien sudah kita penuhi, tidak ada masalah lagi. Mereka saat ini masih menjalani perawatan di ruang isolasi di Beureugang,” kata Kepala Dinas Kesehatan Aceh Barat, Syarifah Junaidah, kepada Serambi, Senin (3/8/2020).

Syarifah menjelaskan, sebelumnya memang ada kekurangan pelayanan dalam hal penyediaan air bersih karena kondisi air sumur bor yang sedikit keruh. “Namun saat ini telah digantikan dengan air PDAM untuk kebutuhan pasien. Sehingga menyangkut dengan persoalan tersebut kini sudah tidak ada  masalah lagi,” ujarnya.

Halaman
123

Berita Terkini