“Wisatawan diajak merasakan pengalaman seperti ini,” ujarnya.
Terkait kenyamanan, menurut Cak Tom, suasana yang aman dan nyaman harus tercipta, termasuk air bersih, kesehatan dan sebagainya.
Selanjutnya adalah, adanya akses ke daerah-daerah wisata. Ia mencontohkan Banyuwangi, untuk membangun bidang wisata, Pemda Banyuwangi membangun akses internet di seluruh desa.
“Semua desa mendapat akses internet,” ujar Cak Tom.
“Kalau bicara Aceh, kita langsung terbayang kuliner dan kopinya. Tapi kita belum menemukan aroma kopi di bandaranya.
Seharusnya, wisatawan bisa langsung menghirup aroma kopi ketika turun dari pesawat dan berada di bandara,” kata Cak Tom mencontohkan.
Ia menyebutkan, otoritas pilihan menjadikan sebuah daerah menjadi daerah wisata berada di tangan pemerintah daerah (Pemda) masing-masing. Pemerintah Pusat hanya memberi dorongan saja.
“Pariwisata salah satu urusan pemerintahan yang diserahkan ke pemerintah daerah. Otoritasnya di pemerintah daerah,” ujar Cak Tom.
Fadjar Hutomo optimis bahwa pariwisata di Aceh akan bisa berkembang lebih hebat dan dahsyat lagi mengingat potensi Aceh yang sangat luar biasa.
Ia juga mengingatkan untuk melibatkan komunitas dan warga untuk pengembangan daerah wisata. “Basisnya adalah komunitas dan warga.
Sebab tidak bisa dilakukan secara top down. Perkuat komunitasnya. Merekalah nantinya yang berperan penting dalam sebuah kegiatan wisata di daerah mereka. Termasuk di desa-desa,” sarannya. (*)