Pilpres AS 2020

Donald Trump Lewatkan Batas Waktu Kuota Pengungsi 2021, Imigran Mulai Khawatir Dipulangkan

Editor: M Nur Pakar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Abdisellam Hassen Ahmed, seorang pengungsi Somalia yang terjebak dalam ketidakpastian setelah Presiden Donald Trump melarang masuknya pengungsi, berjalan bersama istrinya Nimo Hashi, dan putrinya berusia 2 tahun, Taslim, di Bandara Internasional Salt Lake City, AS pada 10 Februari 2017.

SERAMBINEWS.COM, WASHINGTON - Presiden AS Donald Trump telah memangkas jumlah pengungsi yang diizinkan masuk ke negara itu lebih dari 80% sejak awal menjabat.

Dia juga secara drastis mengurangi imigrasi legal dan ilegal.

“Ketakutan kami adalah ini bisa menjadi lonceng kematian bagi program pemukiman kembali pengungsi seperti yang kami ketahui,” kata Krish Vignarajah, Presiden Layanan Pengungsi dan Imigrasi Lutheran.

Sebuah badan yang didanai pemerintah federal yang ditugaskan untuk memindahkan pengungsi di Amerika Serikat.

AS mengizinkan lebih dari 10.800 pengungsi, lebih setengah dari 18.000 batasan yang ditetapkan oleh Trump untuk tahun 2020, lansir AP, Kamis (1/10/2020).

Sebelumnya Departemen Luar Negeri menangguhkan program tersebut karena virus Corona.

Batas 18.000 orang sudah merupakan yang terendah dalam sejarah program.

Selain itu, Departemen Luar Negeri mengumumkan minggu lalu tidak akan lagi memberikan beberapa informasi statistik tentang pemukiman kembali pengungsi, yang memicu lebih banyak kekhawatiran.

Para advokat mengatakan pemerintahan Trump membongkar program yang telah lama mendapat dukungan bipartisan dan telah dianggap sebagai model untuk melindungi orang-orang paling rentan di dunia.

Joe Biden Tuduh Donald Trump Rasis

Sejumlah kantor pemukiman kembali telah ditutup karena penurunan dana federal, yang terkait dengan jumlah pengungsi yang ditempatkan di AS.

Dan kerusakan menggema di luar perbatasan Amerika ketika negara-negara lain menutup pintu mereka untuk pengungsi juga.

“Kami berbicara tentang puluhan juta keluarga yang putus asa tanpa tempat tujuan dan tidak memiliki harapan untuk perlindungan dalam waktu dekat,” kata Vignarajah.

Bisrat Sibhatu, seorang pengungsi Eritrea, tidak ingin memikirkan kemungkinan satu tahun berlalu tanpa bertemu kembali dengan istrinya.

Selama 2,5 tahun terakhir, dia menelepon pekerja sosial yang membantunya bermukim kembali di Milwaukee setiap dua minggu untuk menanyakan tentang status kasus pengungsi istrinya.

Jawabannya selalu sama, tidak ada yang perlu dilaporkan.

Ucapan Donald Trump Atas Proud Boys Memicu Kemarahan Publik

"Istri saya selalu bertanya kepada saya: 'Apakah ada berita?'" Kata Sibhatu, yang berbicara setiap hari melalui aplikasi perpesanan.

"Ini sangat sulit, bagaimana perasaan Anda jika dipisahkan dari suami?

"Ini tidak mudah. ??

"Saya tidak tahu harus berkata apa lagi kepada padanya," katanya.

Dia mengatakan pasangan itu melarikan diri dari pemerintah otoriter Eritrea dan pergi ke negara tetangga Ethiopia, yang menampung lebih dari 170.000 pengungsi Eritrea dan pencari suaka.

Antara 2017 dan 2019, istrinya, Ruta, diwawancarai, diperiksa, dan disetujui untuk diterima di Amerika Serikat sebagai pengungsi, kemudian semuanya terhenti.

Sibhatu, yang bekerja sebagai operator mesin di sebuah pabrik spa, mengiriminya sekitar 500 dolar AS setiap bulan untuk menutupi biaya hidup di Ethiopia.

Debat Pilpres AS 2020, Donald Trump Dukung Kendaraan Listrik

"Saya mengkhawatirkannya, tentang hidupnya," kata Sibhatu, mencatat kekerasan yang meningkat dan pandemi di Ethiopia.

"Tapi tidak ada yang bisa kami lakukan," ujarnya.

Mary Flynn, petugas kasus Layanan Pengungsi dan Imigrasi Lutheran, berharap bisa memberikan jawaban lain ketika dia menelepon.

“Ini memilukan,” katanya.(*)

Berita Terkini