Internasional

PM Prancis Ancam Siswa Tak Hormati Guru Samuel Paty Yang Tewas Dipenggal Kepalanya

Editor: M Nur Pakar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang guru berdiri bersama siswa saat mengheningkan cipta satu menit di Honore d'Estienne High School di Orves, Carquefou, Prancis sebagai penghormatan kepada guru sejarah yang terbunuh, Samuel Paty, Senin (2/11/2020).

SERAMBINEWS.COM, PARIS - Perdana Menteri (PM) Prancis, Jean Castex, Senin (2/11/2020) mengeluarkan ancaman keras pada hari pertama sekolah seusai pemenggalan guru Samuel Paty.

Seluruh anak-anak sekolah diwajibkan mengheningkan cipta satu menit untuk menghormati Samuel Paty, guru yang dipenggal kepalanya oleh seorang pengungsi Chechnya berusia 18 tahun.

Prancis dalam siaga keamanan maksimum setelah pembunuhan Paty bulan lalu dan pembunuhan tiga orang dalam serangan pisau yang heboh di sebuah gereja Nice oleh seorang migran Tunisia berusia 21 tahun pada Kamis (28/10/2020).

Demonstran membawa spanduk dan poster Perdana Menteri Prancis Jean Castex, dengan jejak di wajahnya, selama protes komentar Presiden Prancis Emmanuel Macron atas karikatur Nabi Muhammad, di Peshawar, Pakistan, Senin (26/10/2020). (AFP/Abdul MAJEED)

Baca juga: Puluhan Ribu Demonstran Bangladesh Protes Prancis, Teriakkan Kata-kata, Ganyang Prancis

Paty terbunuh setelah menunjukkan kartun kelasnya yang mengejek Nabi Muhammad.

Jean Castex memperingatkan murid yang menolak untuk ambil bagian dalam penghormatan kepada Paty akan menghadapi hukuman.

Dia tidak merinci hukuman apa yang akan dijatuhkan, lansir The Telegraph, Senin (2/11/2020).

Sejumlah anak-anak di daerah mayoritas Muslim menolak melakukan hening cipta satu menit setelah 12 orang dibantai pada tahun 2015 di kantor mingguan satir Charlie Hebdo.

Serangan Islam terbaru sekali lagi telah membuat perpecahan yang dalam di Prancis.

Baca juga: VIDEO - Ribuan Umat Muslim Indonesia Kutuk Presiden Prancis Macron, Terkait Karikatur Nabi Muhammad

Beberapa Muslim melihat hukum sekuler dan pemisahan agama dan negara sebagai cara untuk menekan praktik keagamaan mereka.

Para guru di seluruh Prancis membacakan surat dari politisi Sosialis abad ke-19 Jean Jaurès, yang menjelaskan peran sekolah dalam membina anak muda.

"Mereka harus tahu apa itu demokrasi bebas, hak apa yang diberikan kepada mereka, kewajiban apa yang dibebankan oleh bangsa kepada mereka," tulis Jaurès.

Frédéric, seorang guru di pinggiran utara Paris, mengatakan kepada Telegraph:

“Saya tidak yakin seberapa banyak pesan Jaurès sampai ke kelas saya."

"Beberapa percaya bahwa pembicaraan tentang kebebasan berekspresi hanyalah kedok untuk menghina agama mereka dan sulit untuk meyakinkan mereka bahwa itu tidak benar."

"Mereka adalah remaja yang merasa terasing di negara tempat mereka dilahirkan. "

Baca juga: Prancis Buka Kembali Sekolah, Seusai Pemenggalan Kepala Guru Sejarah

Halaman
12

Berita Terkini