Internasional

Kisah Pengungsi Ethiopia di Sudan, Lari Dari Bawah Tembakan, Gurun Tandus, Sampai Melahirkan

Editor: M Nur Pakar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto gabungan memperlihatkan kondisi perang di Tigray, Ethiopia dan pengungsi di Sudan pada Minggu (22/11/2020).

SERAMBINEWS.COM, UMM RAKOUBA - Warga sipil Tigray Ethiopia yang sedang bergejolak terus melarikan diri dari area perang untuk mengungsi ke Sudan.

Mereka bergegas ke Sudan, sering kali di bawah tembakan, terkadang begitu cepat, sehingga harus meninggalkan keluarga.

Bahkan, dalam pelarian, ada wanita hamil melahirkan seorang bayi.

Mandi pertamanya berada di genangan air dan saat ini dia menangis sepanjang malam di negara yang bukan miliknya.

Dibungkus dengan pakaian pinjaman, bayi itu adalah salah satu pengungsi terbaru dan paling rapuh.

Di antara hampir 40.000 orang yang telah melarikan diri dari serangan pemerintah Ethiopia di wilayah Tigray.

Baca juga: PBB Minta Pemerintah Ethiopia Lindungi Warga Sipil Tigray

Tidak ada cukup makanan untuk mereka di daerah terpencil ini, dan sangat sedikit tempat berlindung.

Beberapa minum dari sungai yang memisahkan negara-dan lebih banyak lagi yang melewatinya setiap hari.

“Kami berjalan dan tidur di gurun,” kata salah seorang pengungsi, Blaines Alfao Eileen kepada wartawan AP, Selasa (24/11/2020).

Wanit itu sedang hamil delapan bulan dan telah berteman dengan Lemlem Haylo Rada, ibu dari bayi yang baru lahir.

Seorang perempuan etnis Tigrayan, satu lagi etnis Amhara.

Konflik itu membuat mereka melawan satu sama lain, tetapi menjadi campuran.

“Saya tidak tahu di mana suami saya dan apakah dia masih hidup,” kata Eileen.

Perjalanannya memakan waktu empat hari.

“Saya tidur di atas syal yang saya pegang ini," katanya.

Halaman
1234

Berita Terkini