Berita Pidie Jaya

Nasib Nek Sahan yang Hidup Sebatang Kara di Pidie Jaya

Penulis: Idris Ismail
Editor: Muhammad Hadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dengan jalan tertatih, Nek Chiek Sahan Binti Mahabah (77) warga Gampong Rambong, Kemukiman Beuracan, Kecamatan Meureudu, Pidie Jaya (Pijay), Selasa (26/1/2021) masih kuat berjalan dengan menggunakan tongkat kayu seadanya

Laporan Idris Ismail I Pidie Jaya

SERAMBINEWS.COM, MEUREUDU - Dengan jalan tertatih, Nek Chiek Sahan Binti Mahabah (77) warga Gampong Rambong, Kemukiman Beuracan, Kecamatan Meureudu, Pidie Jaya (Pijay), Selasa (26/1/2021) masih kuat berjalan dengan menggunakan tongkat kayu seadanya.

Di rumah panggung yang reot, Nek Sahan menjalani kehidupan dari hari ke hari.

Nenek 16 cucu dari empat buah hatinya ini ternyata telah lama menempati rumah tersebut.

"Saya tinggal di rumah panggung ini selama setengah abad," sebut Nek Chiek Sahan Binti Mahabah kepada Serambinews.com, Selasa (26/1/2021) dengan menyela keringat di kening.

Baca juga: Santri Asal Bireuen Meninggal di Irigasi Lhok Sandeng Pidie Jaya, Terpeleset Saat Hendak Mandi

Bila dilihat dari bentuk, rumah yang ditempati tak layak huni. Bahkan berpotensi ambruk.

Ada harapan dari agar mendapat kepedulian rumah layak huni dari pemerintah.

Menurutnya tak perlu terlalu mewah, yang penting layak huni.

Bahkan rehab rumah layak huni menjadi idamannya. 

Selama ini juga ia tinggal sebatang kara.

Terkadang ia hanya dibantu oleh menantu dari anak atau cucunya dengan latar belakang hidup pas-pasan juga. 

Baca juga: UPDATE VAKSINASI: 66,3 Juta Orang di Dunia Telah Disuntik Vaksin Covid-19, Berikut Daftar Negaranya

Malahan untuk makan setiap hari, Nek Sahan panggilan sehari-hari hanya mengandalkan dari beras bantuan gampong, yaitu Beras Miskin (Raskin).

Itupun bertahan beberapa pekan saja.

Selebihnya terpaksa menumpang 'Jajanan' pada cucunya serta menunggu 'kiriman' yang tak menentu dari anaknya yang telah merantau.

Halaman
12

Berita Terkini