Shalat Tahajud

Niat Sholat Tahajud, Kisah Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib Mengerjakan Shalat Malam

Penulis: Syamsul Azman
Editor: Muhammad Hadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Niat Sholat Tahajud Serta Manfaat Bagi Tubuh dari Jiwa Lebih Tenang dan Mengontrol Emosi

Ketika telah selesai mengerjakan shalat Isya, maka aku akhirnya berhasil mendapatkannya, sehingga aku pun bisa mengerjakan shalat di dalamnya.

Ketika aku sedang berdiri, tiba-tiba ada seorang laki laki yang meletakkan tangannya di antara kedua pundakku, dan ternyata laki-laki tersebut adalah Usman bin Affan.

Sesudah kejadian itu, beliau mengerjakan shalat.

Beliau memulainya dengan bacaan Ummul Kitab (Al-Fatihah) hingga kemudian mengkhatamkan seluruh Al-Quran, baru kemudian beliau rukuk dan sujud.

Baca juga: Ingin Tenang Kerjakan Sholat Tahajud, Begini Niat dan Doa setelah Sholat Tahajud

Ali bin Abi Thalib

Sama seperti sahabat sahabat terdekat Rasulullah lainnya, Ali bin Abi Thalib pun terkenal kesalehannya karena selalu mendirikan waktu malam untuk shalat Tahajud.

Ketika Dhirar bin Dhamrah A-Kannani diminta oleh Muawiyah bin Abu Sofyan untuk memberikan komentar tentang Ali bin Abi Thalib r.a.,

Maka dengan lugas ia mengatakan,

"Beliau tidak suka kepada dunia dengan segala ke gemerlapannya. Beliau lebih suka kepada waktu malam dengan kegulitannya.

Aku bersaksi kepada Allah Swt bahwa aku pernah melihat beliau berada di beberapa kesempatan, ketika malam hari telah menarik tirainya dan bintang-bintang telah terbenam, beliau beranjak menuju mihrabnya dengan memegang jenggotnya, tampak begitu gelisah dan menangis laksana tangisan orang yang bersedih hati, seakan sekarang ini aku sedang mendengarnya.

Ketika itu beliau mengatakan, Ya Rabbana, ya Rabbana, sambil tunduk menghadapkan diri kepada-Nya.

Selanjutnya ia berkata kepada dunia. 'Apakah engkau hendak menipuku dan apakah kepada engkau hendak membidik?

Baca juga: Niat Sholat Tahajud, Cara Ikhlas Mengerjakan Shalat Malam

Sungguh jauh, mustahil! Tipulah orang lain selain aku saja.

Sungguh umurmu adalah pendek, tempatku adalah hina, dan bahayamu sangatlah kecil. Aduhai, betapa sedikitnya perbekalan, betapa jauhnya perjalanan, dan betapa liarnya jalan yang harus ditempuh'."

Dhirar melanjutkan ceritanya dengan mengatakan, "Lalu air mata Muawiyah menetes pada jenggotnya. la pun mengusapnya dengan lengan baju.

Halaman
123

Berita Terkini