Berita Internasional

‘Perang Dingin’ AS & Rusia Pecah, 2 Negara Adidaya Ini Saling Tuding Sebar Berita Palsu Soal Vaksin

Editor: Saifullah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Vaksin Covid-19.(Shutterstock)

SERAMBINEWS.COM – Perang dingin antara dua negara super power, Amerika Serikat dan Rusia, tampaknya akan kembali terjadi.

Jika dulu perseteruan kedua negara adidaya tersebut dipicu perlombaan persenjataan, kali ini mereka bertengkar dalam isu vaksin Covid-19.

Pasalnya, Rusia kini balik menuduh Amerika Serikat (AS) mempersiapkan kampanye disinformasi besar-besaran untuk mendiskreditkan vaksin Covid-19 merek Sputnik V buatannya.

Kampanye berita palsu itu terutama dilancarkan kepada pemimpin Eropa dan negara-negara lain, tempat dua kekuatan dunia ini mencari relasi yang lebih besar.

Menurut US News pada Jumat (12/3/2021), hal itu disampaikan sumber yang tidak disebutkan namanya dari Kremlin yang mereferensikan laporan intelijen.

Baca juga: Ustaz Syam Menikahi Pujaan Hati, Intip Pesona Cantik Sang Istri, Jihan Salsabila

Baca juga: Manfaatkan Lahan Kosong, Polsek Birem Bayeun dan SMPN 6 Panen Perdana Tanaman Padi

Baca juga: Berseloroh Ladeni Conor McGregor di UFC 229, Khabib Nurmagomedov Harus Belajar dari Islam Makhacev

Media pemerintah Rusia mengklaim adanya kampanye disinformasi skala besar-besaran.

Tujuannya untuk menciptakan bias terhadap perkembangan ilmiah dari vaksin Covid-19 Rusia, di negara-negara yang sudah mendaftar untuk menerimanya.

Ia juga mengklaim AS mendorong negara-negara untuk setuju menerima vaksinnya sendiri, terutama yang dikembangkan oleh Pfizer.

Departemen Luar Negeri dan Pusat Keterlibatan Global Rusia tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Badan yang relatif baru ini bertugas melawan disinformasi kepada Rusia. Klaim Rusia keluar setelah pernyataan serupa dibuat oleh pejabat AS dan dikonfirmasi oleh Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price awal pekan ini.

Baca juga: Barakallah Fii Umrik, Ini 30 Kumpulan Ucapan Selamat Ulang Tahun Islami Yang Manis & Mengandung Doa

Baca juga: Anang Hermansyah akan Nyanyikan Lagu Ciptaannya Saat Hari Pernikahan Aurel dan Atta Halilintar

Baca juga: Remaja Tewas Kesetrum Saat Main Game Online Sambil Mengecas Ponsel

Menurut AS, Moskwa berada di balik kampanye serupa yang menargetkan vaksin buatan AS.

"Sangat jelas Rusia menggunakan tipuan lamanya. Hal itu (disinformasi vaksin) jelas berpotensi menempatkan orang pada risiko. Padahal kita tahu itu (vaksin) dapat menyelamatkan nyawa setiap hari," kata Price, Senin (8/3/2021).

Mereka yang melacak kampanye disinformasi global mengatakan klaim Rusia pada Jumat (12/3/2021), berhubungan dengan tujuan nyata Departemen Luar Negeri AS.

"Ini pasti pesan yang mereka ingin Rusia dengar," kata Darren Linvill, seorang profesor di Clemson University dan sering menjadi penasihat pemerintah untuk penyalahgunaan media sosial dan kampanye disinformasi.

"Sepertinya ini lebih (menargetkan) tentang rakyat mereka daripada rakyat kita (AS), dan mungkin pada tingkat yang lebih rendah menargetkan Amerika Latin dan Afrika," urai dia.

Baca juga: Kunker ke Galus dan Agara, Kasdam IM Tempuh Jalur Blangkejeren-Kutacane Naik Sepeda Gunung

Baca juga: Raja Zulu Zwelithini Meninggal, Sosok Raja yang Hidupkan Tradisi Perawan Telanjang Dada Menari

Baca juga: KKB Papua Sandera Pilot dan Penumpang Susi Air, Alasannya Karena Kecewa Tak Dapat Jatah Dana Desa

Tuduhan yang saling dilemparkan oleh dua kekuatan dunia ini terjadi saat isu "diplomasi vaksin" ramai diperbincangkan.

Yaitu upaya untuk mengkapitalisasi kebutuhan inokulasi yang besar demi melindungi manusia dari pandemi global selama satu tahun ini.

Rusia mengklaim menjadi negara pertama yang memenangkan pandemi setelah meluncurkan vaksin produksinya pada Agustus tahun lalu.

Vaksinnya diberi nama sesuai nama satelit pertama Soviet yang diluncurkan setengah abad sebelumnya, dan mengukuhkan kehebatan ilmuwan Rusia di dunia.

Langkah itu lalu diikuti Cina setelah pengumuman vaksinnya sendiri yaitu Vaksin Sinovac.

Secara luas, Beijing dipandang berhasil mendapatkan pengaruh soft power di sudut-sudut strategis dunia, khususnya di Afrika, Amerika Latin, dan sebagian Asia.

Baca juga: Tampil dalam Balutan Warna Ungu, Anang, Ashanty, dan Krisdayanti Kompak Saat Lamaran Aurel & Atta

Baca juga: Demi Senangkan Anak, Seorang Ayah Nekat Curi Perosotan dari Taman Bermain dan Pasang di Kamar Anak

Baca juga: Harta Karun Bawah Laut Indonesia Sering Dicuri Asing, Begini Kata Jubir Menteri KP

Kredibilitas vaksin Rusia awalnya dikritik karena diburu-buru dan secara luas dianggap sebagai propaganda belaka oleh Kremlin.

Namun seiring dengan peningkatan infeksi dan sedikitnya pilihan vaksin di seluruh dunia, kini kondisinya berbalik.

Sputnik V Rusia sementara melonjak mendahului AS dalam mendistribusikan vaksin ke negara-negara rentan yang belum mendapat vaksin. Regulator Eropa masih menguji vaksin tersebut.

Tapi sebuah studi sementara yang dicetak di The Lancet menemukan efektivitas vaksin Rusia mencapai 90 persen.

Pada Kamis (11/3/2021), Rusia mendapatkan kesepakatan dengan India untuk menjual lebih dari 100 juta dosis virus, menurut statista yang melacak distribusi vaksin. Rusia juga telah setuju untuk menjual lebih dari 7 juta dosis ke Meksiko.

Beberapa negara Uni Eropa, termasuk Hongaria dan Slovakia, juga menerima penjualan sebelum blok ekonomi itu sendiri menyetujui penggunaan vaksin.

Baca juga: Juventus Berencana Jual Cristiano Ronaldo Seharga Rp 497,48 Miliar

Baca juga: Cavani Pertimbangkan untuk Tinggalkan Man United di Akhir Musim Nanti

Baca juga: Mengenal Turnamen All England, Kejuaraan Bulutangkis Paling Bergengsi di Dunia Sejak 1899

Sementara itu, Presiden AS Joe Biden menghadapi tekanan baru untuk mendistribusikan lebih banyak vaksin buatan AS secara global, sambil tetap memperhitungkan kebutuhan populasi domestik yang belum mendapatkan suntikan.

"Cina dan Rusia sedang melancarkan diplomasi vaksin mereka dan memenangkan koalisi untuk memperluas lingkup pengaruh mereka," kata J Stephen Morrison, Direktur Pusat Kebijakan Kesehatan Global di Pusat Kajian Strategis dan Internasional kepada The Washington Post pada Kamis (11/3/2021).(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "AS dan Rusia Saling Tuding Sebar Berita Palsu Soal Vaksin"

Berita Terkini