Yang penting, harga yang dimintanya itu disepakati oleh si pria hidung belang itu.
"Ya, buat tambahan karena saya itu ngopeni (membesarkan) tiga anak.
Dari mana, biayanya, wong saya ini single parent dan hanya bekerja sebagai pelayan di warung kopi (di Tulungagung)," akunya sambil matanya sembab.
Dari penjualan sabu-sabu itu, ia sebenarnya sadar kalau keuntungannya tak seberapa dibandingkan dengan risikonya.
Betapa tidak, misalnya, ia berhasil memasarkan sabu-sabu seberat 0,5 gram.
Itu hanya mendapatkan keuntungan Rp 200 ribu.
Sebab, harga kulakan Rp 500 ribu dan akan dijual kembali dengan harga Rp 700 ribu.
"Saya menyesal kalau sudah begini karena saya akhirnya jadi berpisah dengan anak-anak saya," pungkasnya.(Surya/Imam Taufiq)
Baca juga: Besok, 23 Peserta Lelang JPTP Ikut Wawancara, Perebutkan 8 Posisi Kepala SKPK di Pidie
Baca juga: 686 Wanita Sudan Diculik dan jadi Korban Kekerasan Seksual, 58 di Antaranya Berhasil Diselamatkan
Baca juga: Pengurus DWP Nagan Raya Resmi Dilantik, Nelda Tunovia Didaulat Jadi Ketua
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Cerita Janda Muda Blitar Jual Sabu 'Bonus' Layanan Plus di Warung Tulungagung, Bingung Hidupi 3 Anak
BACA BERITA LAIN TERKAIT KASUS NARKOBA