Masjid itu adalah Masjid Baitul Ma’bud di Desa Paya Gajah, Kecamatan Peureulak Barat, Aceh Timur.
Laporan Seni Hendri | Aceh Timur
SERAMBINEWS.COM, IDI - Sama seperti masjid lainnya, masjid meugah dengan desain ornamen ala Timur Tengah ini juga memiliki nilai sejarah luar biasa.
Masjid itu adalah Masjid Baitul Ma’bud di Desa Paya Gajah, Kecamatan Peureulak Barat, Aceh Timur.
Di dalam kompleks masjid ini terdapat makam bersejarah, yaitu makam Kubu Aneuk Lhee atau makam anak tiga.
Makam ini sudah ada sejak tahun 1964 atau setahun setelah Indonesia merdeka.
Sedangkan Masjid Baitul Ma'bud awalnya dibangun tahun 1965 berkonstruksi tiang kayu dan atap rumbia.
Dengan demikian Masjid Baitul Ma'bud lahir setelah setahun adanya Kubu Aneuk Lhee.
Baca juga: AHY Disambut dengan Tabuh Rebana di Pendopo Bupati Bireuen
Baca juga: Didesain untuk Operasi Senyap, KRI Nanggala-402 Sulit Didetiksi Dalam Keadaan Aktif
Baca juga: Lowongan Kerja PT Indomaret Group untuk Lulusan SMA/SMK dan D-1, Simak Syaratnya
“Masjid ini pertama kali dibangun tahun 1965. Kemudian, diperbaharui pembangunannnya, sejak tahun 2006, hingga kini sudah terbangun masjid dengan bangunan yang kokoh dan indah dari dana swadaya masyarakat.
Selain itu, juga dari dana sedekah warga ke Makam Kubue Aneuk Lhee,” kata Abdurrahman Idris atau Peutua Rahman, selaku tokoh masyarakat Desa Paya Gajah, kepada Serambinews.com, Kamis (22/4/2021).
Didampingi Imum Chik Masjid Baitul Ma’bud, Tgk Hasan Basri dan Bilal Kubu Aneuk Lhe, Tgk Murhaban, mengatakan pembaharuan masjid ini dananya juga dari swadaya masyarakat.
Selain itu, juga dari sedekah warga yang berziarah ke Makam Kubu Aneuk Lhee.
Dasar warga menggunakan dana sumbangan dari Makam Kubue Aneuk Lhee untuk pembangunan masjid sesuai amanah Tgk Umar, seorang ahli waris dari makam tiga bersaudara itu.
“Almarhum Tgk Umar, adalah abang kandung tertua ketiga almarhum Kubue Aneuk Lhe, yang mengamanahkan dana sedekah tersebut lebih baik dipergunakan untuk pembangunan masjid,” ungkap Peutua Rahman.
Peutua Rahman mengatakan, banyak warga bersedekah ke makam Kubue Aneuk Lhee, baik pengguna jalan yang banyak bersedekah ke kotak amal yang ada di pinggir jalan nasional Banda Aceh-Medan.
Selain itu, banyak warga juga bersedekah langsung ke kotak amal yang ada di dalam makam serta ada yang bersedekah ke masjid.
Pada tahun 2020 silam, setelah semua sedekah warga dikumpulkan, ternyata mencapai sekitar Rp 1,2 miliar.
Tahun ini, dana sedekah setiap bulan berkisar 25-30 juta per bulan, yang mana setiap seminggu dana sedekah itu diumumkan melalui shalat Jumat.
Dana tersebut dipergunakan untuk pembangunan dan operasional masjid, membayar honor guru pengajian di balai pengajian yang ada di dalam kompleks masjid.
Kemudian membangun Tempat Pendidikan Alquran (TPA) yang ada di desa, membangun dayah, serta untuk memperingati ulang tahun Makam Kubue Aneuk Lhee setiap tahun yang dihadiri seluruh ahli waris dari Aceh Tamiang.
Masjid ini, memiliki halaman yang luas. Memiliki TPA dalam komplek masjid, memiliki balai istirahat, dan memiliki fasilitas wudhu yang bersih, serta ruang masjid yang ber AC.
Bangunan masjid yang indah, ini juga terlihat dari ruas jalan Nasional Banda Aceh-Medan.
Pasalnya lokasinya yang dekat dengan ruas jalan atau sekitar 50 meter, sehingga banyak pengguna jalan singgah untuk menunaikan ibadah, ziarah, serta berwisata religi.
Setiap hari ramai peziarah
Tgk Murhaban Bilal Masjid Kubue Aneuk Lhee, mengatakan setiap hari Makam Kubue Aneuk Lhee ramai diziarahi peziarah dari berbagai daerah.
Tujuannya macama, ada yang untuk menunaikan nazar/hajat mereka baik itu bersedekah, maupun memanjatkan doa di dalam kompleks makam itu.
Dasar mula, makam Kubue Aneuk Lhee, ini dianggap keramat, ungkap Tgk Murhaban, berawal dahulu di sekitar makam ada seseorang yang sakit kulit dan tak sembuh.
Kemudian, keuchik berdoa kepada Allah, jika orang tersebut sembuh dari sakitnya, maka ia akan bersedekah ke Makam Kubu Aneuk Lhee.
"Sejak itu hingga saat ini, warga banyak mengikuti tradisi tersebut," ungkap Murhaban. (*)