TAHUN 2021 telah empat bulan berjalan. Ini adalah tahun ketiga kepemimpinan pasangan Roni Ahmad – Fadhlullah TM Daud di Kabupaten Pidie. Pasangan yang akrab dipanggil Abusyik dan Bang Fadh ini dilantik oleh Gubernur Aceh kala itu, Irwandi Yusuf dalam Sidang Istimewa di DPRK Pidie, Senin 17 Juli 2017. Artinya, hanya dua bulan lagi, kepemimpinan Abusyik dan Bang Fadh akan memasuki tahun keempat.
Pasangan yang maju melalui jalur independen pada Pilkada 2017 ini, mendapat amanah masyarakat Pidie untuk memimpin kabupaten penghasil kerupuk mulieng periode 2017- 2022.
Tentu banyak yang telah dilakukan oleh pasangan ini selama 3,5 tahun kepemimpinan mereka. Hanya saja, prestasi kerja ini belum terpublikasi dan tersosialisasi dengan baik dalam masyarakat.
Kenapa? Karena sebagian kerja itu memang menyasar kawasan pedalaman yang jauh dari ingar bingar diskusi ala warung kopi.
Karenanya, dalam liputan “Pidie Meusigrak” ini kami ingin mengupas keberhasilan Abusyik dan Bang Fadh dalam membenahi infrastruktur dan membangun daerah terpencil. Hasil liputan diturunkan dalam beberapa bagian yang disatukan dalam topik Pidie Meusigrak.
***
SECARA geografis Kabupaten Pidie meliputi dataran rendah, pantai dan dataran tinggi pengunungan. Dengan luas sawah 29.391 ha (hektare), pekarangan 9.175 ha, tegalan/kebun 26.857 ha, ladang/huma 19.772 ha, padang penggembalaan 16.194 ha, hutan rakyat 23.782 ha, hutan negara 81.448 ha, perkebunan 21.212 ha, rawa-rawa 2.128 ha, dan tambak 2.890 ha. Penduduk Pidie berjumlah 410.580 jiwa, tersebar di 730 gampong dalam 23 kecamatan.
Kabupaten Pidie memiliki potensi sumber daya alam yang terkenal dengan kesuburan tanahnya, berbagai potensi ekonomi antara lain, potensi di sektor pertanaian, tanaman pangan dan holtikultura seperti padi, kedelai, jagung, tomat, bawang merah, cabai, semangka, ubi kayu, serta potensi di sektor perkebunan lainnya seperti, kakau, kopi dan rotan.
Khusus berbicara tentang pertanian, Kabupaten Pidie memiliki sawah yang luasnya mencapai 29.391 hektare dan luas tanam padi setiap tahunnya di musim gadu dan rendengan mencapai 43.761 hektare, dengan luas panen 41.542 hektar.
Areal persawahan telah didukung sarana irigasi yakni saluran induk sepanjang 13,87 km, saluran skunder 127,44 km, saluran pembuang 12,52 km, dan saluran tersier sepanjang 12,02 km, selain jaringan irigasi tersebut, Pidie juga memiliki 82 unit embung serta bangunan bagi sebanyak 206 unit.
Membangun kawasan pedalaman
Dengan letak geografis dan potensi pertanian yang sangat besar, tentunya pembangunan Pidie harus dititikfokuskan di kawasan pedalaman, jauh dari pencitraan pembangunan khas perkotaan.
Maka, wajar jika Anda hanya melihat cuma sedikit saja perubahan wajah kota Sigli yang menjadi ibukota Kabupaten Pidie. Itu karena pembangunan Pidie dalam 3 tahun terakhir ini difokuskan di kawasan pedalaman.
Pembangunan kawasan pedalaman ini memang menjadi semangat dasar dari kepemimpinan pasangan Roni Ahmad dan Fadhlullah TM Daud.
Mengusung tagline “Glee, Blang, Laot” (gunung, sawah, laut), pasangan ini ingin memberikan kesempatan yang sama kepada warga di pedalaman untuk menikmati fasilitas dan layanan yang setara dengan warga di perkotaan.
“Pidie Meusigrak diawali dari pedalaman” begitulah kira-kira kesepakatan awal ketika Abusyik dan Bang Fadh sepakat berpasangan maju dalam Pilkada 2017 lalu.
Baca juga: BREAKING NEWS - Abusyik Lulus Sidang S2 di Universitas Syiah Kuala, Diuji Oleh Dua Profesor