SERAMBINEWS.COM - Pemerintah kolonial Belanda tak rela Papua bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Itulah sebabnya mereka melakukan adu domba agar terjadi perpecahan Indonesia dengan Papua.
Seperti disampaikan oleh mantan tokoh Organisasi Papua Merdeka (OPM) Nicolaas Jouwe.
Ia dulunya pemimpin Papua yang terpilih menjadi Wakil Ketua Dewan Nugini.
Ia juga mengatur koloni Belanda di Nugini Belanda.
Sejak Oktober 1962 ketika konferensi perundingan penyerahan Irian Barat (Papua) ke Indonesia, Nicolaas bertolak ke Belanda.
Ia tidak ingin kembali ke Papua jika masih terikat dengan Indonesia.
Beginilah kemudian upaya Belanda mengganggu kedamaian di Indonesia.
Baca juga: Terkait Kerusakan Parah Sejumlah Fasilitas di Puskesmas Patek Aceh Jaya, Begini Penjelasan Kapus
Baca juga: Pernah Insyaf, Terius Enumbi Malah Kembali Gabung KKB Papua dan Pimpin Komplotan KKB Super Kejam
Belanda larang informasi masuk Papua
17 Agustus 1945 menjadi hari kemerdekaan Indonesia, saat itu Irian Barat sudah masuk ke Indonesia, tetapi Belanda membungkam informasi yang masuk.
Mereka menutupi kenyataan jika Indonesia, termasuk Papua, sudah merdeka.
"Kemerdekaan itu sudah pernah diproklamasikan oleh Bapak Soekarno dan Bapak Hatta itu sudah termasuk Papua juga. Kami sama sekali tidak boleh bicara dengan orang luar negeri. Kami tidak boleh tahu kalau kami ini orang Indonesia. Belanda larang," kata Nicolaas seperti dikutip dari laman Instagram akun @tnilovers18.
Sebarkan propaganda agar membenci Indonesia
Belanda kemudian mendoktrin jika bangsa Melayu itu tidak sama dengan bangsa Melanesia dan tidak layak bergabung dengan mereka.
"Belanda bilang, 'Kamu itu orang Papua, mereka itu orang Melayu. Itu bukan bangsa kamu'. Belanda sengaja bikin ngana supaya permusuhan kami dengan Indonesia itu timbul," ungkap Nicolaas.