SERAMBINEWSCOM, WASHNGTON - Pemerintah Amerika Serikat menuduh Iran akan segera memproduksi senjata nuklir, hanya dalam hitungan minggu.
AS mengeluarkan peringatan keras ke Iran agar mengekang pengayaan uranium fisilnya.
Kepala pengawas nuklir PBB mengatakan menjadi semakin sulit untuk memperpanjang pengaturan sementara untuk inspeksi fasilitas nuklir Iran.
Karena Teheran dan kekuatan dunia mencoba untuk menyelamatkan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) 2015.
JCPOA membatasi program nuklir Iran dengan imbalan keringanan sanksi internasional.
Baca juga: Ukraina Tolak Tawaran Iran, Kompensasi Setiap Korban Pesawat Jatuh Dirudal, Dipatok Rp 2,1 Miliar
Sudah mati sejak 2018, ketika AS menarik diri. Presiden Donald Trump memberlakukan kembali sanksi.
Kemudian, Teheran mulai menolak mematuhi batasan perjanjian tentang pengayaan uraniumnya.
“Masih belum jelas, apakah Iran bersedia dan siap melakukan apa yang perlu dilakukan untuk kembali patuh,” kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Senin (7/6/2021).
“Sementara itu, programnya terus berjalan," tambahnya.
"Semakin lama ini berlangsung, semakin banyak waktu breakout turun," jelasnya.
"Sekarang turun, menurut laporan publik, paling lama beberapa bulan lagi,: ujar Blinken.
"Dan jika ini terus berlanjut, itu akan turun menjadi hitungan minggu,” tambahnya.
AS dan Iran memulai pembicaraan tidak langsung di Wina pada April 2021.
Baca juga: AS Tuduh Kapal Perang Iran Berkecepatan Tinggi Sedang Menuju Venezuela
Untuk melihat apakah keduanya dapat melanjutkan kepatuhan terhadap JCPOA.
Pembicaraan putaran kelima berakhir pada 2 Juni 2021 dan para diplomat mengatakan putaran keenam mungkin dimulai pada Kamis (10/6/2021).
Itu akan menyisakan hanya delapan hari untuk menyelamatkan kesepakatan.
Sebelum pemilihan presiden Iran pada 18 Juni 2021, yang diperkirakan akan membawa pemimpin baru garis keras.
Sekutu AS di Teluk juga khawatir, pembicaraan tentang program nuklir Iran gagal mengatasi pengembangan rudal balistik Teheran.
Ditambah, campur tangan regionalnya melalui milisi proksi di Irak, Yaman dan tempat lain.
Pada Februari 2021, Teheran menangguhkan beberapa inspeksi situs nuklirnya oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Agensi mencapai kesepakatan tiga bulan sementara yang memungkinkannya untuk melanjutkan dengan tingkat akses yang berkurang.
Pada akhir Mei pengaturan diperpanjang hingga 24 Juni, tetapi waktunya sekarang "sangat singkat," kata kepala IAEA, Rafael Grossi pada Senin (7/6/2021).
"Saya bisa melihat ruang ini menyempit," katanya.
“Saya harap kita tidak akan melihat ... kapasitas inspeksi kita dibatasi lagi," jelas Grossi.
"Kita tidak dapat membatasi dan terus membatasi kemampuan para pemeriksa untuk memeriksa dan pada saat yang sama berpura-pura ada kepercayaan," katanya.
Baca juga: Kilang Minyak Iran Terbakar, Puluhan Orang Terluka, Termasuk Petugas Pemadam Kebakaran
“Di sinilah semua yang Anda lakukan dengan negara mana pun saling terhubung," jelasnya.
"Bagi saya jalan menuju kepercayaan melewati informasi, klarifikasi, inspeksi dan transparansi penuh," harapnya.
"Kami memiliki negara yang memiliki program nuklir yang sangat maju dan ambisius yang memperkaya pada tingkat yang sangat tinggi ... sangat dekat dengan tingkat senjata nuklir," ungkapnya.(*)