SERAMBINES.COM, DUBAI - Ebrahim Raisi, seorang hakim garis keras yang berada di bawah sanksi AS atas pelanggaran hak asasi manusia, meraih kemenangan telak pada Sabtu (19/6/2021).
Dengan semua 28,9 juta surat suara dihitung, Raisi terpilih dengan penghitungan 17,9 juta, kata Menteri Dalam Negeri Abdolreza Rahmani Fazli di TV pemerintah.
Dilansir AFP, Minggu (20/6/2021), jumlah pemilih dalam balapan empat orang hari Jumat adalah rekor terendah sekitar 48,8%.
Diangkat oleh Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei untuk jabatan tinggi sebagai kepala kehakiman pada tahun 2019.
Raisi ditempatkan di bawah sanksi AS beberapa bulan kemudian karena pelanggaran hak asasi manusia.
Baca juga: Di tengah Tekanan Internasonal, Iran Berhasil Perkaya Uranium Sampai 60 Persen, Menuju Bom Nuklir
Itu termasuk peran yang menurut kelompok hak asasi manusia Raisi mainkan dalam eksekusi ribuan tahanan politik pada 1988 dan dalam penindasan kekerasan kerusuhan pada 2009.
Iran tidak pernah mengakui eksekusi massal tersebut, dan Raisi sendiri tidak pernah secara terbuka menyampaikan tuduhan tentang perannya.
Dilihat oleh para analis dan orang dalam sebagai perwakilan lembaga keamanan yang paling menakutkan, Raisi, 60, secara luas diperkirakan akan memenangkan kontes, berkat dukungan Khamenei.
Sementara sekutu regional Iran, Presiden Suriah Bashar al-Assad, kelompok Islam militan Hamas dan Hizbullah menyambut baik pemilihan Raisi.
Tetapi, Sekretaris Jenderal Amnesty International Agnès Callamard mengatakan kemenangannya sebagai pengingat suram bahwa impunitas berkuasa di Iran.
"Kami terus menyerukan agar Ebrahim Raisi diselidiki atas keterlibatannya dalam kejahatan masa lalu," ujarnya.
Dikatakan, Raisi berada di bawah hukum internasional, termasuk oleh negara-negara yang menjalankan yurisdiksi universal.
Presiden pragmatis Hassan Rouhani, yang dilarang oleh konstitusi untuk mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga, mengunjungi Raisi di kantornya untuk memberi selamat kepadanya.
Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif mengatakan dia akan memimpin Iran dengan baik.
"Kami akan berdiri dan bekerja sama sepenuhnya dengan presiden terpilih selama 45 hari ke depan, ketika pemerintah baru mengambil alih," kata media pemerintah mengutip Rouhani.