OLEH AYU ‘ULYA, Tim R&D The Leader, melaporkan dari Banda Aceh
“Layar sudah dibentangkan, jika tidak bisa berhadir, mari doakan!” Status poster digital ajakan nontong bareng (nobar) film ‘the EndGame’ tampak tersebar di laman-laman media sosial beberapa waktu lalu. ‘The EndGame’ merupakan film dokumenter yang diprakarsai oleh tim Watchdoc Documentary.
Menghadirkan 16 narasumber, film berslogankan “Ronde Terakhir Melawan Korupsi” ini mendokumentasikan kenyataan menggemparkan terkait penonaktifan 75 pegawai Komisi Pemberanatasan Korupsi (KPK) yang dinyatakan tidak lulus tes wawasan kebangsaan (TWK). Imbasnya, proses penyelidikan beberapa kasus megakorupsi di Indonesia bernilai miliaran rupiah pun bubar di tengah jalan.
Hingga minggu kemarin, film ‘the EndGame’ telah disiarkan secara luring di 1.500 lokasi tonton di seluruh Indonesia. Kegiatan ini digerakkan secara sukarela oleh konsolidasi masyarakat sipil di seluruh penjuru nusantara, termasuk Aceh.
“The EndGame merupakan kumpulan suara hati masyarakat yang menolak untuk apatis. The Leader sendiri menggelar nobar ini sebagai bentuk dukungan atas perjuangan dalam melawan korupsi,” jelas Khalida Zia selaku direktur.
Menurutnya, kini semakin banyak anak muda yang apatis dikarenakan kekecewaan dan rasa ketidakberdayaan mereka atas beragam problematik yang muncul di negeri ini. “Tapi keapatisan ini harus kita bendung dengan semangat positif agar anak muda tidak merasa sendirian. Kita harus bergerak bersama-sama,” tutur anggota tim lapangan Komnas HAM Aceh tersebut.
Dengan tetap menaati protokol kesehatan, kegiatan diskusi dan nobar pun digelar secara terbatas pada Sabtu (12/6/2021) malam di markas The Leader Banda Aceh. Perwakilan lintas organisasi dan komunitas turut hadir memberi dukungan. Di antara penonton yang ikut meramaikan acara pemutaran film dokumenter ini adalah tim Aceh Documentary (Aceh Doc), Masyarakat Transparansi Aceh (MaTA), Darussalam Consulting Group (DCG), juga mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala.
“Ketika hal seperti ini terjadi, kita harus bersuara. Sebab, ketika praktik korupsi dianggap lumrah, maka selesailah kita,” ujar Hafidh Polem, perwakilan MaTA.
Sejalan dengan itu, beberapa narasumber dalam film ‘the EndGame’ juga menyiratkan adanya upaya sekelompok oknum dalam pelemahan independensi kinerja KPK hingga berujung pada penurunan kepercayaan publik. ”Taliban? Oh, saya bukan Taliban. Saya Saliban,” canda Nainggo, penyelidik skandal korupsi bantuan sosial (bansos) Juliari Batubara yang diberhentikan karena TWK.
“Saya bawa bercanda saja hal seperti itu. Karena memang tidak ada,” tanggap laki-laki Kristian tersebut terkait desas-desus keberadaan polisi Taliban dalam tubuh KPK.
Ungkapan senada juga datang dari Rieswin, sang penyelidik KPK beretnis Cina, beragama Buddha. Dia berkomentar, “Kalau KPK itu Taliban, memangnya bisa orang seperti saya hidup di situ?” Baginya, KPK telah menjadi tempatnya melabuhkan hati untuk mendedikasikan diri dalam memperjuangkan kebaikan. “Dulunya saya kerja untuk uang saja. Terus pusing kerja kan, bosan. Kemudian, masuk KPK, ya pusing juga. Dapat gaji juga. Bedanya, itu ada manfaatnya buat negara, buat masyarakat luas, karena memberantas korupsi,” kenangnya.
Aturan main
Malam kian larut. Sebuah ruang yang didominasi cat putih, dua bohlam temaram, dan sebilah dinding benderang yang ditatap puluhan pasang mata dengan geming. Satu jam lima puluh empat menit, lima puluh dua detik, film pun usai. Serempak helaan napas berat di balik masker para peserta samar-samar terdengar. Seluruh lampu kembali dihidupkan. Dalam sekejap, atmosfer markas The Leader terasa berat. Semacam pergumulan manifestasi emosi penonton yang terperangkap, entah haru, sedih, marah, ataupun pencampuran antarketiganya.
Dalam salah satu cuplikan film ‘the EndGame’ disebutkan bahwa sejak 2003 hingga 2019, KPK telah berhasil menangkap sekitar 1.125 koruptor. Sebanyak 65 triliun rupiah uang negara terselamatkan. Namun sayangnya, keseluruhan prestasi baik tersebut justru dibalas dengan pengesahan revisi UU KPK 2019 hingga penonaktifan 75 pegawai KPK berprestasi dan berdedikasi dengan dalih TWK. Maka tak heran, slogan “Berani Jujur, Pecat!” seketika menghebohkan jagat maya. Hal tersebut menjadi bagian dari aksi protes masyarakat terhadap ketidakadilan yang menimpa putra-putri terbaik bangsa Indonesia.
“Ini merupakan rangkaian besar dalam proses melemahkan bukan saja KPK, tetapi juga seluruh lembaga antikorupsi di Indonesia. Mulai dari revisi UU KPK, Omnibuslaw, hingga UU Minerba. Ini semua usaha oligarki untuk mengeruk alam Indonesia. Kelak, akan tinggi sekali ketimpangan hidup masyarakat kita,” papar Hafidh di sesi diskusi film.