SERAMBINEWS.CO, KHARTOUM - Pemerintah Sudan menjual deposit emas untuk meningkatkan cadangan mata uang asing, terutama dolar AS.
Hal itu juga untuk mengatur perdagangan logam kuning secara ilegal.
Termasuk memberantas penyelundupan yang menyebabkan kelangkaan mata uang asing di negara itu, kata Direktur Jenderal Otoritas Pasar Keuangan (FMA), Shawgi Azmi dalam sebuah wawancara dengan Asharq, Kamis (24/6/2021).
Pada 2019, sebanyak 127 ton emas Sudan diperdagangkan di Valuta Asing.
Statistik resmi dari bank sentral menunjukkan produksi Sudan sebanyak 20 ton, katanya.
Sudan merupakan salah satu penambang emas Afrika terbesar, memproduksi antara 70 dan 120 ton per tahun.
Baca juga: Pemimpin Sipil Sudan Minta Bantuan AS, Berbicara dengan Israel Tentang Normalisasi Kedua Negara
Sebanyak 5 juta warga Sudah terlibat dalam pencarian emas, kata Azmi.
Pertukaran emas akan dimulai dengan penjualan spot saja,.
Persyaratan perdagangan lainnya, seperti kontrak berjangka dan opsi, diharapkan akan diperkenalkan pada tahap selanjutnya.
Perdana Menteri Sudan diperkirakan akan segera menyetujui untuk meluncurkan pertukaran komoditas yang berfokus pada tanaman pertanian, sementara FMA sedang meneliti pertukaran ternak, kata Azmi.
Sebelumya, Sudan mengambil keputusan untuk menghapus nilai tukar resmi dolar untuk bea cukai, lansir Asharq Business pada Rabu (23/6/2021).
Baca juga: Pasukan Keamanan Sudan Tangkap Sembilan Militan Al-Qaeda, Rencanakan Serangan ke Teluk
Menteri Keuangan Sudan Jibril Ibrahim sebelumnya berjanji pemerintah berkomitmen untuk membatalkan.
Apa yang disebut nilai tukar bea cukai yang digunakan untuk menentukan bea masuk.
Hal itu itu terjadi di tengah reformasi fiskal yang sedang berlangsung.
Seusai didorong oleh Dana Moneter Internasional (IMF) dan donor lainnya.