SERAMBINEWS.COM, WASHINGTON - Pemerintah Amerika Serikat (AS), Sabtu (17/7/2021) menuduh Irak melakukan upaya keterlaluan.
AS menuduh Iran berusaha mengalihkan kesalahan atas kebuntuan dalam pembicaraan nuklir .
Juga membantah kesepakatan telah dicapai atas pertukaran tahanan kedua negara.
Kepala perunding nuklir Iran, Abbas Araqchi, mengatakan sebelumnya di Twitter putaran negosiasi berikutnya di Wina harus menunggu pemerintahan baru Iran mulai menjabat pada Agustus 2021.
Tetapi bersikeras pertukaran tahanan dapat dilakukan dengan cepat jika Amerika Serikat dan Inggris berhenti menghubungkan. itu dengan masalah nuklir.
Pembicaraan tidak langsung AS-Iran tentang menghidupkan kembali kesepakatan 2015 telah ditunda sejak putaran terakhir berakhir pada 20 Juni 2021.
Baca juga: Jurnalis Wanita The New York Times Menolak Bungkam, Walau Jadi Target Penculikan Agen Iran
Dilansir Reuters, Araqchi menegaskan tidak akan kembali ke meja sebelum Presiden terpilih Ebrahim Raisi mengambil alih.
“Kami berada dalam masa transisi karena transfer kekuasaan secara demokratis sedang berlangsung di ibu kota kami. Pembicaraan Wina dengan demikian jelas harus menunggu pemerintahan baru kami," cuitnya.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan:
"Komentar ini adalah upaya keterlaluan untuk menangkis kesalahan atas kebuntuan saat ini."
"Kami siap untuk kembali ke Wina untuk menyelesaikan pekerjaan dalam pengembalian bersama ke JCPOA."
"Setelah Iran membuat keputusan yang diperlukan."
Price, merujuk pada upaya diplomatik untuk membawa kedua negara kembali ke Rencana Aksi Komprehensif Gabungan.
Itu adalah perjanjian nuklir yang ditinggalkan oleh mantan Presiden Donald Trump dan penggantinya, Presiden Joe Biden, berusaha untuk dihidupkan kembali.
Baca juga: Amerika Serikat Sesalkan Pengunduran Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri
Araqchi juga mendesak Amerika Serikat dan Inggris untuk berhenti menghubungkan setiap pertukaran tahanan dengan kesepakatan nuklir.