SERAMBINEWS.COM, JEDDAH - Haji, ibadah tahunan ke tempat-tempat suci di Mekkah, Arab Saudi merupakan salah satu gerakan reguler tertua dari orang-orang di muka Bumi.
Juga salah satu pertemuan massa keagamaan terbesar yang berulang secara global.
Sebelum pandemi virus Corona saat ini, haji dipengaruhi oleh berbagai penyakit menular sepanjang sejarah.
Terkadang menunda ibadah haji, membatasi perjalanan jamaah ke kota suci, dan merenggut korban dari kalangan jamaah maupun penduduk Mekkah.
Dilansir ArabNews, Rabu (21/7/2021), salah satu malapetaka pertama yang tercatat secara historis di Mekkah disebutkan oleh cendekiawan dan sejarawan Muslim terkemuka Ibnu Katsir.
Dalam bukunya, “Al-Bidāya wa-n-Nihāya” (“Awal dan Akhir”), dia mengatakan pandemi yang dikenal sebagai Al-Mashri melanda kota Mekkah pada tahun 968.
Menewaskan banyak orang dan juga pelancong. unta, sedangkan jamaah haji yang mampu menunaikan ibadah haji segera meninggal dunia.
Beberapa sejarawan menunjukkan konvoi jamaah mengalami penurunan yang signifikan selama periode itu.
Terutama dari daerah yang dilanda epidemi, karena memburuknya keadaan sosial dan ekonomi yang disebabkan oleh penyakit atau penyakit lain di periode selanjutnya
Baca juga: Jamaah Sangat Senang Atas Pengaturan dan Pelayanan Musim Haji 2021
Haji kemudian diubah oleh revolusi global dalam transportasi pada abad ke-19.
Sarana transportasi baru memfasilitasi pergerakan kelompok orang yang lebih besar di seluruh dunia.
Membuat penularan penyakit lebih cepat dan sangat tidak terkendali.
Pada abad yang sama dijangkiti epidemi, dan harapan hidup global menurun menjadi hanya 29 tahun karena berbagai penyakit menyebar dan membunuh jutaan orang di seluruh dunia.
Wilayah Hijaz mengalami epidemi ini, terutama kolera, yang berulang kali melanda daerah itu melalui para jamaah India.
Umat Islam telah lama mengetahui khasiat karantina, sejak Nabi Muhammad SAW bersabda dalam hadits: