Karena kondisi wilayah untuk dilakukan belajar tatap muka bagi siswa SMA, SMK dan SLB di Kota Banda Aceh, dalam pelaksanaan PPKM level III ini, sudah diizinkan Tim Satgas Covid 19 Kota Banda Aceh, kata Sarwan Joni, dirinya sebagai kepala sekolah, akan melaksanakan sistem belajar di SMAN 3 Banda Aceh secara luring dengan menggunakan dua shif dan mewajibkan semua siswa yang masuk lingkungan sekolah harus pakai masker, jauhi kerumunan, rajin cuci tangan.
Untuk siswa yang kena shif pertama (A), hari belajaranya Senin, Rabu dan Jumat. Sedangkan untuk siswa yang kena sif kedua (B), hari belajaranya Selasa, Kamis dan Sabtu.
Jam masuk sekolahnya, antara kelas I, II dan II juga berbeda. Kelas I, jam masuk sekolahnya 07.30 WIB, kelas II jam masuk sekolahnya 07.45 WIB, dan kelas III jam masuk sekolahnya 08.05 WIB.
Masing-masing kelas selisih 20 menit, hal itu supaya jumlah siswa yang belajar di sekolah tidak terjadi kerumunan dalam jumlah yang banyak. Karena jam masuknya berbeda, maka jam pulang sekolahnya juga berbeda, sehingga siswa kelas I, II dan III, yang jam masuknya berbeda, pulangnya tidak akan sama. Jam pulang sekolah paling lambat pukul 12.50 WIB.
Jumlah siswa di SMAN 3 Banda Aceh, sebutnya sebanyak 900 orang. Jumlah sebanyak itu, jam amsuk sekolahnya dibagi dua shif menjadi 450 orang setiap shifnya. Jumlah sebanyak 450 orang itu, agar tidak terjadi kerumunan dalam lingkungan sekolah, jam masuk belajar dan pulangnya juga di atur. Siswa yang sudah waktunya pulang, dilarang berada di lingkungansekolah, langsung pulang.
Untuk pengawasan protokol kesehatan cegah covid 19 di sekolah, kata Sarwan Joni, pihaknya juga sudah membentuk Tim Pengawas Protokol Kesehatan Cegah Covid 19 di sekolah. Tim itu dipimpin salah seorang guru dan beranggotakan semua guru wali kelas, untuk menjadi petugas pelaksana pengawas protokol kesehatan di ruang belajar maupun di lingkungan sekolah.
Kantin sekolah, kata Sarwan Joni, tidak dibuka, karena lokasi itu, bisa menjadi tempat kerumunan siswa, makanya kepada siswa kita minta mereka untuk membawa minum dan snak ke sekolahnya, ketika haus dan lapar, sudah tersedia snak dalam tas sekolahnya.
Jadi, kata Sarwan Joni, setiap ada peluang yang bisa membuat terjadi penularan covid 19, misalnya kerumunan orang dalam jumlah banyak, Tim Pengawas Protokol Kesehatan Cegah Covid 19 Sekolah, yang sudah dibentuk, harus bekerja maksimal, untuk menjadikan lingkungan sekolah bebas kasus covid 19.
Fasilitas yang dapat mencegah penularan virus corona, kata Sarwan Joni, terus dilengkapi di sekolah. Misalnya sanitizer, masker, tempat cuci tangan, ruang kelas dan ruang guru yang mau dipakai sistem belajar tatap muka dengan cara shif, juga sudah di semprot disinfektan oleh BPBA, untuk memberikan kenyamanan bagi guru dan siswanya.
Selanjutnya, sebelum belajar dimulai, guru wajib memberikan penjelasan mengenai bahaya covid 19 kepada siswanya dan meminta siswanya jujur untuk melaporkan dirinya dan keluarganya, bila ada yang mengelami gejala covid 19 atau yang sudah kena covid 19 kepada guru dan Tim Cegah Covid 19 di Sekolah.
“Hal ini dimaksudkan, supaya lingkungan sekolah bebas dari covid 19 dan tidak menjadi klaster baru dalam penularan virus corona,”ujar Sarwan Joni.(*)
Baca juga: Wanita 36 Tahun Tewas di Hotel Usai Check In Bereng Suami, Hidung Berdarah, Suaminya Malah Hilang
Baca juga: Dimediasi Camat, Palang Kantor Kepala Kampung di Aceh Singkil Dibuka
Baca juga: Jokowi Minta Pelaku Usaha Tahan Banting di Tengah Kondisi Pandemi Covid-19