Juru bicara Taliban Bilal Karimi mengatakan telah terjadi perselisihan atas tanah di mana Gulsom, Mohammad dan keluarga Hazara lainnya telah tinggal.
Dikataka, pengadilan Syariah telah memutuskan mendukung penggugat, sehingga mereka harus pergi.
Tetapi seorang aktivis hak asasi manusia, Dr. Saleem Javed, mengatakan Taliban membenarkan pengambilalihan tanah Hazara yang telah lama dikuasai.
“Orang-orang ini telah tinggal di tanah leluhur mereka,” kata Javed, seorang Hazara yang tinggal di Swedia.
“Semua orang tahu, daerah itu milik Hazara,” tambahnya.
Javed, yang bersama dengan aktivis lainnya telah melacak tindakan Taliban di desa-desa Hazara.
Dia memperkirakan setidaknya 1.500 keluarga telah dipaksa keluar dari rumah mereka di Provinsi Daykundi dan Urugzan Afghanistan.
Meskipun dia mengatakan jumlahnya bisa dua kali lipat.
Dengan banyak dari mereka yang mengandalkan pertanian, situasinya bisa menjadi “bencana”.
Baca juga: Taliban Ancam Keluarga Mahasiswa Afghanistan di Inggris
“Orang-orang ini adalah petani sederhana, penduduk desa," ujarnya.
"Mereka tidak punya cara menghasilkan pendapatan, selain bertani” katanya.
“Tanah dan desa ini, milik mereka … Tapi Taliban tidak mengindahkan ini,” ungkapnya.
Daniel Balson dari Amnesty International mengetahui ratusan keluarga Hazara dipaksa keluar dari rumah mereka.
Tetapi dia tidak dapat memverifikasi berapa banyak orang yang telah mengungsi.
Dia juga memperingatkan, selain keluarga Hazara yang kehilangan satu-satunya mata pencaharian mereka, juga harus menghadapi suhu saat musim dingin.