Laporan Herianto I Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Odin Reservoir Consultants, sebuah perusahaan konsultan migas dari Australia, Kamis (14/10/2021) melakukan pemaparan pemanfaatan bekas lokasi sumur gas yang ada di Kawasan Arun, sebagai tempat penyimpanan atau logistik gas CO2.
“Gas alam yang ada diperut bumi itu, mengandung CO2, sementara CO 2 itu, rupanya bisa digunakan sebagai injeksi untuk mengeluarkan gas metan/gas elpiji dari perut bumi ke permukaan bumi, yang kini dijadikan sebagai bahan bakar, bagi ibu rumah tangga dan keperluan industri,” kata Kepala Dinas ESDM Aceh, Ir Mahdinur MT kepada Serambinews.com dalam pertemuan di di Aula Dinas ESDM Aceh.
Acara presentasi pemanfataan bekas ladang gas Arun bawah tanah untuk penyimpanan gas CO2 ini, dibuka langsung Kadis ESDM, Ir Mahdinur MT dan dihadiri langsung Direktor Odin Reservoir Consutants dari Australia, David Lim, bersama stafnya Adang Bahctiar, Pengurus BPMA, PEMA dan dinas teknis lainnya.
Mahdinur menjelaskan, tujuan dari pihak Odin Reservoir Consutants memaparkan presentasinya tentang pemanfaatan ladang gas Arun bawah tanah untuk penyimpanan gas Co2, adalah agar bekas sumur gas Arun yang ada di wilayah operasi migas, yang isi gas metannya sudah habis/kosong, bisa dijadikan tempat penyimpanan gas CO2, yang baru.
Baca juga: Bea Cukai Wacanakan Ekspor Bawang Merah dan Emping Pidie ke Arab dan Dubai
Jumlah sumur gas Arun yang sudah kosong, gas metannya cukup banyak, kata pihak Konsultan Migas dari Australia itu, bisa dimanfaatkan untuk menyimpan gas CO2.
Karena untuk pembakaran gas CO2, di udara butuh biaya, supaya tidak dikenakan biaya, gasCO2 itu disimpan kembali ke dalam perut bumi.
Dengan memanfaatkan bekas sumur gas Arun yang lama dan isinya sudah kosong, sumur gas lama yang kadar CO2 nya tinggi, seperti yang ada di Kula Langsa dan Alur Rambong, bisa kembali diekploitasi produksi dengan cara pemisahaan antara bags metan dengan gas CO2.
Baca juga: Tak Disangka, Anggota DPRK Ini Ternyata Pintar Rakit Senpi & Racik Bom, Pernah Dilatih Eks Tripoli
Gas CO2 nya, dialirkan ke sumur gas lama yang gas metannya sudah habis ditarik. Sedangkan gas metannya dimasukkan ke dalam tangki penyimpanan gas yang ada di atas bumi.
Odin Reservoir Consultants dari Australia itu, kata Mahdinur, mereka mempunya teknologi atau spesalisis dalam Carbon Capture and Storage, untuk pemisahan dan pengaliran gas CO 2 dengan gas metan.
Tujuan lain dari pemaparan mereka ke Aceh, bila Pemerintah Aceh bersedia memanfaatkan sumur migas yang sudah kosong di dalam perut bumi yang berada di Kawasan Arun Lhokseumawe, mereka siap mencarikan investor dari Australia yang mau bekerja sama dengan Pemerintah Aceh, BPMA dan Pema dalam hal pemanfaatan bekas sumur gas Arun untuk tempat penyimpanan gas CO2 dan pemanfaatan gas CO2, sebagai injeksi gas metan ke atasa perut bumi, bagi yang membutuhkannya.
Ide dan gagasan yang disampaikan Odin Reservoir Consultanst dari Australia ini, menurut Kadis ESDM Aceh, Mahdinur, bersama Pengurus BPMA dan Pema, cukup menarik.
Namun begitu, akan dikaji kembali, terhadap penyimpanan bahaya CO2 dalam perut bumi, apakah akan memberikan dampak pada generasi Aceh selanjutnya. Kalau tidak berbahaya bagi generasi berikutnya, kerja sama itu bisa dilanjutkan.
Baca juga: Resmi! Persiraja Kontrak 4 Pemain PON Aceh, Satu Orang Masih Negosiasi, Ini Nama-namanya
Untuk mengkaji dampak dari penyimpanan dan pemanfaatan gas CO2, sebagai injeksi gas metan tersebut, kata Kadis ESDM Aceh, perlu melakukan kajian dan penelitian lagi.
Untuk melakukan hal itu, Dinas ESDM Aceh, bisa bekerja sama dengan pihak Universitas Syiah Kula (USK).
Teknologi yang ditawarka pihak Australia ini, kata Mahdinur, sangat menarik dan bisa memberikan keuntungan bagi Pemerintah Aceh untuk mengolah kembali sumur tua migasnya yang tingkat kandungan gas CO2nya tinggi, antara 60-80 persen.
Banyak sumur migas yang sudah dieksplorasi sejumlah perusahaan migas yang pernah beroperasi di Aceh, karena kandungan CO2 nya terlalau besar, mereka tidak mengeploitasi produksi gas metannya untuk diperjual belikan sebagai bahan bakar gas.Alasannya, gas CO2 nya terlalu tinggi, jadi tidak ekonomis lagi.
Konsultan migas dari Australia itu menyatakan, pihaknya bisa mengatasi kandungan CO2 yang besar pada satu sumur gas, dialirkan ke sumur gas yang sudah kosong, sehingga gas metannya bisa dikomersilkan.
Teknologi ini, akan memberikan keuntungan bagi Pemerintah Aceh dan menyerap tenaga kerja yang besar di kawasan sumur gas tua yang belum pernah dieksploitasi di Aceh sangat banyak.
Untuk melanjutkan maksud dan tujuan dari perusahaan konsultan migas dari Austalia itu, Pemerintah Aceh, bersama BPMA dan Pema, akan duduk kembali, mengkaji dan menganalisa dampak negatif dan positif serta keekonomian dari proyek tersebut.
“Meski teknologinya sudah ada, tapi kita juga perlu melakukan kajian kembali, apalagi untuk masalah itu, tenaga ahlinya juga sudah banyak di Universitas Syiah Kuala (USK) dan beberapa perguruan tinggi lainya di Indonesia,” ujar Mahdinur.(*)