Lalu, tidak tersedianya pangan atau pangannya ada, tapi tidak masuk ke mulut bayi.
Lingkungan yang tidak baik juga menjadi penyebab stunting, misalnya senitasi yang kurang bersih serta hal lainnya menyumbang terjadinya stunting.
"Memang kebanyakan anak yang stunting ada hubungannya dengan faktor ekonomi, tetapi tidak semua," sebutnya.
Intinya, lanjut dr Sulasmi, hal yang harus diperhatikan mulai dari pola asuh, dari pemberian makan pada bayi dan balita yang berkualitas.
Lalu, pemenuhan nutrisi terutama pada 1.000 hari pertama kelahiran (HPK) serta membiasakan hidup bersih dan sehat serta mengakses sanitasi dan air bersih, cuci tangan dengan sabun dan jangan buang air besar sembarangan.
Hal lainnya imunasi jangan lupa, tutup dr Sulasmi.
Kemudian Nutrilion Officer Unicef Aceh, dr Natassya Phebe menyebutkan 1.000 HPK, 80 persen perkembangan dan pertumbuhan seorang anak sangat ditentukan saat itu.
"Kalau memang ingin memberikan asupan gizi terbaik di 1.000 Hari Pertama Kehidupan atau golden periode itu waktu yang paling tepat," sebutnya.
Menurut dr Tasya, dampak seorang anak yang stunting cukup mempengaruhi dirinya saat ini dan masa depannya.
"Untuk masa kecilnya mungkin sering sakit, perkembangan metorik yang terlambat, sehingga banyak biaya yang harus dikeluarkan oleh orang tuanya.
Kemudian di masa depannya akan mempengaruhi tinggi badan yang kurang tidak optimal, sehingga kalau cita-citanya ingin masuk sebuah profesi, misalnya Polisi, maka tinggi badannya akan menjadi kendala.
Belum lagi muncul permasalah obesitas meningkat, terganggu kesehatan reproduksi serta kapasitas belajar yang kurang optimal," terang dr Tasya.
Lalu kemampuan anak stunting berkurang 20 persen dibandingkan anak yang tidak stunting.
Hal penting lainnya hasil penelitian seorang anak yang berstatus dengan gizi baik, sebanyak 33 persen lebih besar potensinya keluar dari kemiskinan, dibanding anak yang stunting.
"Mencegah lebih baik dari mengobati.