SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 banyak meninggalkan cerita dan bukti keajaiban.
Salah satunya adalah kapal nelayan yang bertengger di atas atap rumah warga Gampong Lampulo, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh.
Hanya butuh waktu sekitar 10 menit dari pusat Kota Banda Aceh untuk mencapai lokasi.
Kapal boat yang terbuat dari kayu ini memiliki panjang 25 meter dan lebar 5,5 meter terbawa arus saat gelombang tsunami menerjang pesisir Banda Aceh dan Aceh Besar.
Kapal ini juga menjadi bukti betapa dahsyatnya tsunami yang terjadi 17 tahun silam.
• Aceh Lawyer Club Bahas Isu Terkini dan Peran Pemuda Membangun Aceh
Menurut cerita, di atas kapal ini juga terdapat 59 orang yang selamat termasuk keluarga H Misbah beserta istri Abbasiyah, keempat anaknya dan asisten rumah tangganya serta para tetangga yang ikut naik ke atas kapal tersebut.
Nilawati, salah satu warga Lampulo dan juga penjual di sekitar monumen kapal tersebut mengatakan rumah tempat kapal itu bertengger telah dibeli oleh pemerintah untuk dijadikan monumen tsunami.
“Kapal ini dan rumah ini sudah dibeli oleh pemerintah dijadikan monumen tsunami,” ujarnya.
Nilawati juga mengatakan sejak pandemi, wisatawan yang berkunjung ke kapal tersebut turun drastis terutama dari luar negeri.
• VIDEO - Kisah Pria Menabung dalam Bambu Selama 3 Tahun untuk Nikah, Berhasil Kumpulkan Rp 31 Juta
“Sebelum pandemi banyak yang datang, orang dari luar negeri banyak yang datang apa lagi dari tetangga kita Malaysia. Kalau sekarang yang datang itu orang kita aja, orang Indonesia, ada yang dari daerah yang di Aceh, Medan, Jawa. Yang dari luar negeri sudah sangat jarang,” terang Nilawati.
Di lokasi monumen ini juga disediakan toilet, mushala, balai pengunjung dan terdapat lahan parkir.
Di sekitar monumen juga ada masyarakat yang menjual souvenir khas Aceh yang dapat dijadikan sebagai oleh-oleh. (Laporan Bagus Setiawan/Wartawan Magang)