Mengapa? Karena mereka telah memiliki pemahaman yang sama.
Ada sejumlah istilah yang ditulis menggunakan singkatan-singkatan yang telah disetujui bersama.
Misalnya, "QD" singkatan untuk "satu hari", "TID" singkatan untuk "tiga kali sehari."
Bagaimana apoteker bisa membacanya?
Melansir pemberitaan Kompas.com (23/11/2021), Ketua Ikatan Apoteker Indonesia Pimpinan Cabang Surakarta Anang Kuncoro Rachmad mengatakan, tidak ada trik atau cara khusus untuk membaca resep dokter yang oleh sebagian orang disebut sulit dibaca.
Meski sulit dibaca, Anang menyebut seorang apoteker bisa membaca resep dokter karena memang memiliki kompetensi untuk itu.
"Trik khusus tidak ada, kami bisa baca, ya karena kompetensi kami di situ," kata Anang pada 19 November 2021 lalu, seperti dikutip dari Kompas.com.
"Kalau masyarakat umum kesulitan ya sangat wajar karena resep bukanlah bahasa tulisan yang umum," jelas dia.
Anang menuturkan, seorang apoteker biasanya akan berkoordinasi dengan dokter apabila mengalami kesulitan dalam pembacaan resep obat yang diberikan dokter tersebut.
Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Zullies Ikawati mengatakan, tulisan dokter yang sulit dibaca merupakan cerita lama.
Menurut Zullies dokter saat ini menggunakan media elektronik untuk menuliskan resep atau catatan medis tertentu.
"Itu sudah zaman dulu. Mestinya sekarang resep pun sudah menggunakan elektronik, jadi biasanya diketik," kata Zullies saat dihubungi secara terpisah, Jumat.
Baca juga: Kasus Dokter Dody Campurkan Sperma ke Makanan Istri Temannya, Terdakwa Divonis 6 Bulan Penjara
Menurutnya, dulu seorang apoteker yang terbiasa dengan pola tulisan satu dokter, biasanya bisa membaca tulisan tersebut.
Namun, hal itu tetap memiliki potensi salah baca atau disebut dengan medication error.
Karenanya, di era saat ini tulisan dokter harus bisa dibaca agar tidak menimbulkan kesalahan.
"Malahan bisa dibilang kalau sengaja dibikin susah dan hanya bisa dibaca misalnya oleh apotek tertentu saja, itu termasuk bagian tindakan yang tidak etis," jelas dia.
"Jadi tulisan dokter yang kaya cakar ayam mungkin itu konsep lama. Itu salah satu penyebab medication error," jelasnya. (Serambinews.com/Yeni Hardika)