Berita Inspiratif

Inspiratif! Pemuda Pidie Ini Sukses Ekspor Batok Kelapa Bakar ke LN, Modal Belajar dari Youtube

Penulis: Muhammad Nazar
Editor: Saifullah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Usaha batok kelapa bakar sebagai bahan pembuatan briket arang di Gampong Padang, Kecamatan Simpang Tiga, Pidie, Rabu (16/3/2022).

Laporan Muhammad Nazar I Pidie

SERAMBINEWS.COM, SIGLI - Pemuda Pidie bernama Fadhlullah (24) ini, memang layak disematkan sebagai pemuda inspiratif.

Betapa tidak, dalam usianya yang masih muda, ia telah membuka usaha penghasil briket arang untuk ekspor ke luar negeri. 

Usaha itu telah digeluti Fadhlullah yang tercatat masih berstatus mahasiswa UIN Ar-raniry Banda Aceh, selama satu tahun.

Menariknya, dengan usianya yang masih muda, Fadhlullah telah mampu meraup banyak rupiah dan menyerap tenaga kerja.

"Saya membuka usaha ini awalnya belajar dari Youtube, meski sempat gagal satu kali," kata Fadlullah saat disambangi di tempat usaha batok kelapa bakarnya di Dusun Mesjid Gampong Padang, Kecamatan Simpang Tiga, Pidie, Rabu (16/3/2022).

Ia menjelaskan, produk usaha batok kelapa bakar untuk kebutuhan mencetak briket arang itu menyasar pangsa pasar luar negeri, antara lain untuk kebutuhan bahan baku rokok warga Arab. 

Baca juga: Inspiratif! Pemuda Ini Buat Film Cuma Bermodalkan HP, Ditonton 3 Juta Viewers & Raup Rp 7 Juta/Bulan

Kemudian untuk bahan baku kosmetik, pasta gigi, dan bahkan menjadi bahan baku mesiu peluru. 

Ia menceritakan, batok kelapa dibakar itu dijual ke pengusaha Jakarta.

"Batok kelapa yang dibakar itu transit di Jakarta. Setelah diolah di Jakarta menjadi kebutuhan briket arang, barulah diekspor ke luar negeri sebagai bahan baku," ujarnya.

Ia menyebutkan, proses pembuatan batok kelapa bakar itu membutuhkan waktu selama tiga hari, dengan kapasitas tempurung untuk dibakar mencapai 4 hingga 5 ton.

Proses pengerjaannya, mula-mula batok kelapa dibakar, kemudian dilakukan pengeringan dengan cara dijemur dan diayak untuk memisahkan ampasnya.

"Batok kelapa dibakar itu, omzetnya sekitar Rp 800 ribu hingga Rp 1 juta lebih per ton," sebut Fadhlullah.

Baca juga: Inspiratif! Guru SMK Gunung Meriah Aceh Singkil Ciptakan Absen Online Siswa dari Barang Bekas

Dibeberkan dia, bahan baku tempurung dibeli dari pasar dan rumah warga di Pidie dan Pidie Jaya. 

Jika bahan baku tempurung telah terkumpul 4 hingga 5 ton, barulah kemudian dilakukan pembakaran. 

"Biasanya aktivitas membakar batok kelapa, kami lakukan 10 hari sekali. Itu pun jika batok kelapa ada," ujarnya.

Di sisi lain, ia mengharapkan, pemerintah bisa mendampingi usaha itu dengan membantu alat pengering untuk kelancaran usaha yang masih dijalankan secara manual itu.(*)

Berita Terkini