Hakikat inilah yang tersarikan dari hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang artinya” Semua amal Bani Adam untuknya, kecuali puasa, ia untuk- Ku dan Aku yang akan memberi ganjarannya” (HR.Bukhari Muslim).
Penisbahan puasa kepada Allah dalam hadits di atas adalah penisbahan dari sisi makna kemuliaan (tasyrif), dalam arti sedemikian mulia dari segi keikhlasan, sehingga janji Allah sendiri yang menentukan kadar ganjarannya yang tak terkira.
Hanya Allah yang tau seberapa besar balasan pahala orang berpuasa dan ini tentunya berbeda dengan ibadah yang lain.
Sebagaimana yang dinukilkan dalam sebuah hadits qudsi “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan semisal hingga tujuh ratus kali lipat.
Allah berfirman, (yang artinya) kecuali amalan puasa, amalan puasa tersebut adalah untuk- Ku.
Aku sendiri yang akan membalasnya.
Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku (HR.Muslim).
Tentang pentingnya standar keikhlasan dalam puasa Ramadhan ini juga diperkuat dalam hadist Rasulullah lainnya yang juga diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang artinya “Barang siapa yang berpuasa Ramadhan yang didorong oleh keimanan dan keikhlasan maka diampuni dosanya yang terdahulu, Dan siapa yang bangun malam Qadar dengan keimanan dan keikhlasan telah diampuni dosanya yang telah lalu” (HR.Bukhari Muslim).
Dari sini dapat dipahami bahwa inti dari amalan puasa Ramadhan tentang makna terdalam dari sebuah ibadah yang dilandasi keimanan dan keikhlasan.
Puasa mengajarkan manusia tentang kecintaan kepada ridha Allah bukan untuk hal-hal yang berhubungan dengan pandangan manusia lainnya.
Melalui ibadah puasa Allah mengajarkan bahwa amalan yang paling dirindukan dari hamba adalah amalan yang muncul dari sikap batin bukan amalan yang demonstratif.
Kedua, Puasa yang mempresentasikan kesadaran dan kepekaan Insaniyah.
Puasa mengajarkan kita tentang kepekaan sesama.
Bagian dari sisi makna menahan diri dari makan dan minum adalah untuk memunculkan sebuah perasaan kepekaan terhadap kondisi sosial.
Kesadaran bahwa di sekeliling kita adanya banyak fakir miskin yang selalu menjalani hari-harinya dengan kelaparan karena ketidakcukupan makanan.