Baca tanpa iklan
Menjalani kehidupan bersama dan berbagi pria yang sama tampaknya tak menjadi masalah bagi ketiga saudari kembar tersebut.
Namun demikian, kembar tiga ini juga mengatakan, mereka tidak ingin membiarkan wanita lain yang masuk ke dalam hubungan mereka.
Cate, Eve dan Mary mengatakan, mereka mengikuti jadwal tertentu di mana masing-masing bisa bersama Steve pada hari-hari tertentu, mulai dari pagi hingga malam.
“Kami bertiga sudah cukup baginya dan kami tidak akan mengizinkannya memiliki wanita lain. Jadi ini adalah keluarga yang bahagia.” Kata Cate.
Saat mengetahui cerita ini, banyak orang yang meragukan Steve bisa menyenangkan dan memuaskan ketiga wanita tersebut.
Baca juga: Ibunya Menikah dengan Pria Asing, Calon Prajurit TNI Ini Dipecat Seminggu Jelang Pelantikan
Baca juga: Pria Ini Kencani 3 Wanita Kakak Beradik, Siap Nikahi Ketiganya, Mengaku Terlahir untuk Berpoligami
Dia telah membagikan jadwal-jadwal tertentu untuk bisa bersama Cate, Eve dan Mary.
“Mengapa orang ragu saya tidak bisa memuaskan tiga wanita, bukan masalah besar. Setiap Senin saya akan bersama Mary, Selasa bersama Cate dan Rabu bersama Mary. Kemudian setiap akhir pekan, kita semua berkumpul dan bersenang-senang.” Katanya.
Diketahui, pada Maret 2014, Parlemen Kenya mengesahkan RUU yang mengizinkan pria memiliki lebih dari satu istri.
RUU ini resmi berlaku pada 1 Mei 2014.
Niat Melamar, Pria Ini Malah diminta Nikahi 2 Saudara Kembar Kekasihnya Juga
Kisah poligami dengan tiga wanita kembar identik sekaligus juga dialami oleh pria asal Kongo belum lama ini.
Namun sedikit berbeda dari kisah pria di Kenya, pria Kongo yang diketahui bernama Luwizo ini menikah dengan wanita kembar 3 karena terpaksa.
Awalnya, ia berencana untuk menikahi salah seorang di antara 3 saudari kembar tersebut.
Namun pada akhirnya, lantaran ketiga saudari kembar itu tak ingin hidup berpisah satu sama lain, ia pun harus menikahi mereka sekaligus dalam waktu bersamaan.
Melansir Serambinews.com dari Mirror.co.uk (3/3/2022), Luwizo diketahui tinggal di Karen, Provinsi Kivu Selatan, Republik Demokratik Kongo.