Istilah itu disebutkan oleh mantan Ketua Sidang BPUPKI, Dr. Radjiman Wedyodiningrat, berdasarkan kata pengantar buku pidato tersebut yang terbit pada 1947.
Dulu Tidak Diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila
Hari Kelahiran Pancasila sempat tidak diperingati, bermula dari gejolak politik pada 1965-1966.
Tahun tersebut menandai akhir masa kepemimpinan Soekarno alias Bung Karno.
Turunnya Soekarno sebagai presiden itu sekaligus momentum kelahiran rezim Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto.
Kala itu, pemerintah Orde Baru mencoba menekan citra Bung Karno sebagai salah satu founding father.
Hari Lahirnya Pancasila pun tidak rutin diperingati demi menghapuskan kaitannya dengan Bung Karno.
Alih-alih memperingati Hari Lahir Pancasila 1 Juni, pemerintah Orde Baru justru menitikberatkan perhatian pada peringatan Hari Kesaktian Pancasila setiap 1 Oktober.
Pada masa itu, tanggal 1 Juni lebih dikenal dengan peringatan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945.
Berbeda dengan Hari Kesaktian Pancasila
Sementara itu, Hari Kesaktian Pancasila diperingati setiap 1 Oktober.
Hal ini sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 153 Tahun 1967, di mana pada saat itu presiden dijabat oleh Soeharto.
Peringatan tersebut bermula dari Surat Keputusan Menteri atau Panglima Angkatan Darat, Jenderal Soeharto, pada 17 September 1966.
Kala itu, Pancasila disebut mendapat ancaman yang luar biasa sehingga hampir musnah dari Bumi Pertiwi.
Adanya Hari Kesaktian Pancasila adalah sebagai pengingat peristiwa kelam Gerakan 30 September 1965 atau dikenal sebagai G30S.