Jurnalisme Warga

Pantai Babang, Objek Wisata Simeulue yang Terlupakan

Editor: bakri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

NILAM SARI, Mahasiswi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Anggota UKM Jurnalistik UBBG Banda Aceh, juga Anggota FAMe, melaporkan dari Teupah Selatan, Simeulue

OLEH NILAM SARI, Mahasiswi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Anggota UKM Jurnalistik UBBG Banda Aceh, juga Anggota FAMe, melaporkan dari Teupah Selatan, Simeulue

Simeulue merupakan satu di antara 23 kabupaten/kota yang terletak di Provinsi Aceh.

Pulau kecil ini terpisah letaknya dari Pulau Sumatra.

Simeulue bebas dari berbagai konflik, termasuk konflik bersenjata pada 1976-2015.

Lokasi wisata di pulau ini menawarkan kekayaan alam yang eksotis dan menjadi magnet wisata dari berbagai arah.

Ibu kota Kabupaten Simeulue adalah Sinabang.

Kalau diucapkan dengan logat daerah adalah ‘Si Navang’ yang berasal dari legenda Navang.

Navang adalah si pembuat garam masa dulu di daerah Babang (pintu masuk Teluk Sinabang).

Kabupaten Simeulue, memiliki 138 jumlah desa yang meliputi sepuluh kecamatan, terdiri atas Simeulue Timur, Simeulue Cut, Simeulue Tengah, Simeulue Barat, Teupah Tengah, Teupah Selatan, Teupah Barat, Salang, Alafan, dan Teluk Dalam.

Terdapat tiga bahasa utama yang digunakan di pulau ini, yakni bahasa Devayan, bahasa Sigulai, dan bahasa Lekon.

Baca juga: VIDEO Menyambut HUT Bhayangkara ke-76, Polres Simeulue Tanam Bakau dan Bersihkan Pantai Wisata

Baca juga: Tradisi ‘Melawat’ pada Masyarakat Simeulue

Bahasa Devayan umumnya digunakan oleh penduduk di Kecamatan Simeulue Timur, Teupah Selatan, Teupah Barat, Simeulue Tengah, dan Teluk Dalam.

Selain itu, Simeulue terkenal akan keberagaman baik dari bahasa, tradisi, adat istiadat, dan makanan khasnya.

Sebagai pulau yang terpisah dari Pulau Sumatra, membuat Simeulue menyelamatkan sejuta keindahan alam dengan sejuta panorama laut biru, pengunungan hijau, ekosistem yang masih terjaga, dan di sepanjang perjalanan membentang rimbunan pepohonan.

Keberadaan pulau ini tetap dicari oleh wisatawan domestik dan mancanegara.

Ketenangan dan ketenteraman bisa dirasakan oleh setiap pengunjung di pulau ini.

Bukan hanya sekadar untuk melepas lelah, tetapi dengan berkunjung ke pulau ini wisatawan bisa merasakan keindahan alam yang masih natural.

Keindahan yang sangat luar biasa memesona.

Begitu banyak pendatang yang berkunjung ke Simeulue.

Karena lokasinya dikelilingi oleh pantai yang masih sangat alami, tak mengherankan jika Simeuleu sangat cocok untuk dikunjungi pada akhir pekan atau pada hari libur bersama teman atau keluarga.

Objek wisata di Simeulue yang sudah tak asing kita dengar, di antaranya, Pantai Ganting, Pulau Mincau, Batu si Ambong-ambong, Pasir Tinggi, Pantai Busung, Pantai Labuan Jaya, dan masih banyak lagi.

Simeulue juga terkenal akan hasil lautnya: lobster, udang, kepiting, aneka ragam ikan, bahkan teripang dan kima.

Namun, siapa sangka, di balik sekian banyak objek wisata Simeulue terdapat juga pantai yang nyaris terlupakan.

Babang, salah satu destinasi wisata pantai Simeulue yang memukau dan dikelilingi pohon cemara kini sudah terlupakan oleh penduduk karena hadirnya objek-objek wisata yang lebih kekinian.

Sungguh sangat disayangkan, pantai ini terletak di Desa Pulau Bengkalak, tidak jauh dari tempat tinggal saya.

Saat ini tidak ada seorang pun pengunjung lagi.

Barangkali, hanya beberapa penduduk Desa Pulau Bengkalak yang pergi ke Pantai Babang, itu pun hanya untuk menangkap ikan, bukan tamasya.

Pantai yang terletak di Kecamatan Teupah Selatan ini, keindahannya tidak kalah dengan pantai-pantai lainnya yang ada di Pulau Simeulue.

Pantai Babang ini dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat.

Sepanjang jalan menuju pantai dikelilingi pohon-pohon yang rimbun.

Babang merupakan gerbang masuk menuju Pulau Simeulue.

Pantai Babang tampak jelas saat kita memasuki atau ke luar dari gugus Kepulauan Simeulue.

Pantai Babang ini dikelilingi pepohonan yang masih subur, alam yang indah, lingkungan yang masih alami, serta laut jenirh yang membentang biru.

Di objek wisata Pantai Babang terdapat keindahan alam yang tersembunyi, keindahan yang masih alami.

Namun, kondisi saat ini jika dilewati dari pintu gerbang, saat berpergian ke kota Sinabang terlihat simpang jalan masuk menuju Pantai Babang tampak sudah dikelilingi oleh semak belukar.

Sungguh disayangkan, sudah sejak beberapa tahun lalu pantai ini terlupakan, terabaikan begitu saja.

Keadaan Pantai Babang sungguh memprihatinkan.

Sepertinya, tidak ada yang ingin mengelola pantai ini lagi sehingga keadaan pantai jauh dari keramaian, sunyi, dan terlihat angker, terutama selama pandemi Covid-19 mendera.

Dulu, sekitar tahun 2011, saat saya duduk di bangku kelas 5 SD.

Saat itu masih tersimpan di memori saya sampai sekarang bahwa kami murid dan guru SD Negeri 1 Teupah Selatan berwisata ke Pantai Babang.

Di pantai ini dulunya banyak pengunjung, fasilitasnya lengkap, dan ada beberapa terowongan peninggalan Belanda yang masih tersisa.

Waktu itu Pantai Babang terkenal di kalangan masyarakat Simeulue.

Di sini terdapat juga air terjun yang dapat dinikmati oleh pengunjung tanpa harus bayar.

Selain itu, jalan menuju lokasi sangat aman.

Masyarakat setempat juga ramah tamah dan bersahabat.

Namun kini, keberadaan Pantai Babang sudah tidak lagi diketahui oleh banyak orang.

Pantai itu kini sangat sepi, padahal pesonanya sangat indah.

Pantai ini cocok untuk pengunjung yang ingin memancing dan piknik.

Pantai Babang dikelilingi batu-batu karang dan hamparan pasir putih.

Ombak di pantai itu terbilang cukup tenang.

Di sepanjang pintu masuk terdapat banyak pepohonan yang membuat lingkungan sehat dan asri.

Pantai ini tidak jauh dari pusat kota.

Terdapat juga batu kerikil putih yang menghiasi bibir pantai dan aman bagi pengunjung yang ingin mandi-mandi.

Meski begitu, sungguh sangat disayangkan karena beberapa penginapan sudah terbengkalai dan fasilitas lainnya pun sudah tidak dapat digunakan lagi.

Pantai yang dulunya ramai, indah, sekarang sudah terabaikan dan tidak terurus.

Saat ini malah sudah banyak tumbuhan liar yang hidup di sekeliling pantai.

Lama-kelamaan, Pantai Babang yang memiliki sejuta keindahan, kini terlihat angker, tak ada pengunjung yang berani datang, kecuali saya.

Sekarang, pantai ini betul-betul tertinggal.

Destinasi wisata yang dulunya dikagumi oleh masyarakat, kini diabaikan begitu saja.

Selain itu, sangat ditakutkan jika ada orang berniat memilih tempat ini untuk berbuat maksiat atau berbagai kejahatan.

Sangat disayangkan, tempat wisata yang dulunya diminati wisatawan, pantai dengan pemandangan yang begitu indah, kini harus berubah seperti tempat angker yang tak lagi bermanfaat.

Hemat saya, meskipun pantai ini sudah tutup beberapa tahun lalu setidaknya Pantai Babang harus tetap ada upaya pelestarian lingkungan yang baik dan berkelanjutan.

Dengan begitu, pantai ini tetap dapat menjadi objek masyarakat setempat.

Mereka dapat membuka usaha kecil-kecilan di lokasi ini.

Jika memang sudah tak ada perhatian dari pemerintah setidaknya ada aktivis lingkungan, pegiat wisata, dan masyarakat setempat yang tetap ikhlas melestarikan objek wisata tersebut.

Semoga ada kesadaran dan perhatian kembali dari golongan tua, muda, warga setempat, dan pemerintah bersama-sama untuk membuka kembali, membersihkan area masuk menuju lokasi, membuang sampah-sampah, dan membersihkan semak belukang di sekeliling pantai yang sebetulnya indah ini.

Sehingga, Pantai Babang dapat dikunjungi kembali, menjadi salah satu objek wisata andalan Simeulue dan tidak terus-menerus terabaikan.

Baca juga: Labuhanhaji di Mata Mahasiswi Simeulue

Baca juga: Tak Cukup Bahan Baku, Simeulue Pasok Puluhan Ton Kelapa dari Nias

Berita Terkini