Perbedaan ini kemudian perdebatan di lini media sosial, salah satunya akun TikTok @pujisantoso506 yang membandingkan perbedaan penetapan Idul Adha 1443 H di Indonesia dan Arab Saudi.
Unggahan itu pun mengundang ragam komentar dari warganet.
“Gw ikut arab, masa iya disana lebaran kita masih puasa (Dzulhijjah),” kata seorang pengguna TikTok.
“Saya ikut rukyatul global saja, karena wukuf di Arafah hari Jumat berarti lebaran hari Sabtu,” kata Rita Yusnita.
Terkait hal ini, Ustadz Abdul Somad (UAS) memberi penjelasan mengapa hal ini bisa menjadi perbedaan.
Bahkan ia mengajak umat muslim Indonesia untuk mengikuti keputusan yang ada di Indonesia.
Hal ini berawal dari satu jamaah yang bertanya kepadanya terkait perbedaan Idul Adha 1443 H di Indonesia dan Arab Saudi.
"Kita ikut Makkah apa Pekanbaru Ustadz?,” kata jamaah tersebut ke UAS.
Ustadz Abdul Somad kemudian menjawab bahwa Makkah dan Pekanbaru memiliki mathla’ sendiri.
Yang dimaksud dengan mathla’ yaitu saat terbitnya hilal di suatu wilayah (negara).
"Makkah tu punya mathla' sendiri, Pekanbaru punya mathla' sendiri,” kata UAS.
Karena itu, jelas UAS, Makkah punya syuruq sendiri, begitu pun juga Pekanbaru punya syuruq sendiri.
“Tak sama. Mana bisa kita ikut Makkah. Kalau kita di Pekanbaru ikut Makkah. Berarti shalat zhuhur kita jam 15.30 WIB,” ucap UAS.
Lantas, jamaah tersebut kembali menanyakan kepada UAS terkait perbedaan Arab Saudi yang lebih dahulu melaksanakan Idul Adha 1443 H daripada Indonesia.
Kemudian UAS menjawab, "waktu shalat pakai waktu matahari, kita di timur lebih dulu. Kalau awal bulan tu ikut Hilal, bulan, yang di barat lebih dulu".