Haji 2022
Bukan Arafah yang Dulu Lagi
Saat Nabi melaksanakan haji wada' di tahun 10 H, Nabi tidak saja mencontohkan bagaimana seharusnya haji dilakukan (manasik haji)
Saat Nabi melaksanakan haji wada' di tahun 10 H, Nabi tidak saja mencontohkan bagaimana seharusnya haji dilakukan (manasik haji).
Nabi juga menarik batas geografis antara Arafah, Muzdalifah, dan Mina.
Ketiga tempat tersebut kelak dikenal dengan sebutan Masya'irul Haram.
Tempat ritual ibadah haji dilakukan.
Dari ketiga Masya'irul Haram, Mina menjadi tempat terdekat dengan kota Mekkah, diikuti Muzdalifah dan yang terjauh Arafah.
Di Mina dan Muzdalifah jamaah wajib bermabit (bermalam), sedang di Arafah tidak.
Meskipun menjadi yang terjauh dan tidak wajib bermabit, Arafah menjadi tempat yang dipilih untuk berwukuf.
Puncak pelaksanaan haji juga dimonumenkan Nabi di tempat ini.
Haji adalah Arafah, sebut Nabi dalam salah satu cuplikan khutbahnya di Jabal Rahmah, pusatnya Arafah dan tempat bertemunya kembali Adam dan Hawa.
Baca juga: Kamis Hari Ini Jamaah Haji Wukuf di Arafah, Khotbah Diterjemahkan ke Dalam 10 Bahasa
Baca juga: Waktu Wukuf Jatuh Hari Jumat, 240 Jamaah Haji Indonesia akan Jalani Safari Wukuf
Selain wukuf dan berkhutbah, Nabi diikuti oleh sejumlah sahabat, juga memberi patok tapal batas Arafah.
Wukuf hanya sah dilakukan dalam batas-batas yang telah ditetapkan Nabi.
Luasnya ternyata tidak lebih dari 17,9 km persegi saja.
Di wilayah sempit itu, Nabi dan sahabat khidmat menjalankan wukuf saat haji wada'.
Di bawah sengatan matahari, tahlil dan talbiyah tak putus terucap dari lisan Nabi yang diikuti dengan gemuruh suara sahabat.
Abu Bakar pun berkisah, di hari itu Nabi wukuf dalam keadaan kumal, kusut dan penuh debu (sya'san ghubaran) menghamba kehadirat Allah.