JAKARTA - Aksi keji yang dilakukan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) kembali terjadi.
Kali ini, KKB melakukan kekerasan terhadap warga di Kampung Nogoliat, Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga, Papua, Sabtu (16/7/2022).
Akibat serangan KKB, sepuluh orang dilaporkan tewas dan dua lainnya luka-luka.
Adapun identitas korban tewas yakni Yulius Watu, Hubertus Goti, Daeng Marannu, Taufan Amir, Johan, Alex, Yuda Nurusingga, Nasjen, Mahmut Ismain dan Eliaser Baner.
Sementara dua korban yang luka-luka adalah Sudirman dan Hasdin.
"Betul ada 10 tewas dan dua luka-luka," ujar Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Papua, Kombes Faizal Ramadhani, kemarin.
Menurutnya, sebagian besar korban mengalami luka tembak, sedangkan yang lain terluka akibat benda tajam.
Faizal mengaku belum bisa mengetahui kronologi dan motif kejadian lantaran minimnya sarana telekomunikasi di tempat kejadian perkara.
"Akan ada satu tim yang hari ini (kemarin-red) terbang ke Nduga untuk melakukan identifikasi lokasi kejadian, saya sendiri besok (hari ini-red) akan ikut terbang ke Nduga," ucapnya.
Mengenai pelaku penembakan, Faizal menuturkan bahwa kejadian ini didalangi oleh KKB pimpinan Egianus Kogoya.
Baca juga: Oknum ASN Ditangkap Saat Pasok Amunisi ke KKB Papua, Bawa Uang Rp 450 Juta Diduga dari Oknum Pejabat
Baca juga: Usut Pembelian 615 Amunisi dari Oknum TNI untuk KKB, Polisi Telusuri Sumber Dana Ratusan Juta
"Kami sangat yakin ini kelompok Egianus," ujar Faizal.
Ia menjelaskan, 11 korban sudah dievakuasi ke Timika, Kabupaten Mimika.
Adapun satu korban tewas tidak dievakuasi karena merupakan warga setempat.
Dikutip dari Tribun Papua, isak tangis keluarga pecah saat menyambut kedatangan jenazah di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mimika, kemarin pukul 16.00 Waktu Indonesia Timur (WIT).
Sedangkan, dua korban yang terluka langsung mendapatkan perawatan di ruang Unit Gawat Darurat (UGD) rumah sakit tersebut.
"Kami siapkan sembilan unit ambulans untuk membawa korban dari bandara menuju RSUD Mimika," ungkap Kapolres Mimika, AKBP I Gede Putra.
Sebelumnya, sembilan jenazah dan dua korban selamat dievakuasi dari Bandara Kenyam di Nduga menggunakan pesawat Rimbun Air serta dua helikopter milik TNI dan Polri.
Kabid Humas Polda Papua, Kombes Ahmad Musthofa Kamal, menyebutkan, satu jenazah sudah diambil pihak keluarga untuk dimakamkan di Distrik Kenyam, ibu kota Kabupaten Nduga.
Deputi V Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Jaleswari Pramodhawardani, mengecam penyerangan yang dilakukan oleh KKB tersebut.
Dia menegaskan, kejadian ini sudah ditangani oleh aparat dan sedang dalam proses hukum.
"Pemerintah mengecam dan turut berduka adanya korban luka atau korban jiwa sebagai akibat dari tindak pidana yang dilakukan oleh KKB," ujar Jaleswari dalam keterangan tertulisnya, kemarin.
"Kejadian di Kabupaten Nduga tersebut saat ini sedang ditangani oleh aparat dan terhadap pelaku akan diproses secara hukum," lanjut dia.
Jaleswari menambahkan, proses penegakan hukum dan optimalisasi institusi keamanan akan terus dikedepankan untuk menindak siapa pun yang berupaya menyebar teror, serta mengganggu ketertiban dan keamanan masyarakat, terlebih menimbulkan korban jiwa di tanah Papua.
Melanggar HAM
Pengamat Intelijen dan Terorisme, Stanislaus Riyanta, meminta TNI-Polri bertindak tegas kepada KKB.
Hal itu perlu dilakukan demi keselamatan masyarakat.
"Jadi, TNI-Polri perlu tegas untuk melindungi hak masyarakat," kata Stanislaus, kepada Kompas.
com, melalui pesan WhtasApp (WA), kemarin siang.
Menurut Stanislaus, apa yang dilakukan KKB ini sudah melanggar Hak Asasi Manusia (HAM).
"Sudah menimbulkan korban jiwa, itu jelas melanggar hak asasi manusia, hak untuk hidup," ucap Stanislaus Ia menyebutkan, motif yang dilakukan KKB ini adalah bentuk perlawanan terhadap NKRI.
“Ini sudah sangat brutal, tidak hanya eksistensi tetapi memang mereka menganggap negara dan masyarakat yang pro terhadap NKRI adalah musuh.
Tanpa ketegasan TNI-Polri, maka kelompok tersebut akan terus berulah," tegasnya.
Stanislaus pun meminta Komnas HAM untuk menyuarakan isu ini bahwa masyarakat menjadi korban kebiadaban kelompok bersenjata yang anti NKRI.
Ditanya langkah apa yang harus dilakukan masyarakat agar tak lagi menjadi korban kekejian KKB, Stanliaus mengatakan, masyarakat harus kompak dan meminta perlindungan aparat jika berada di daerah berbahaya.
"Jika tidak kompak, maka akan menjadi celah bagi KKB untuk masuk dan berbuat ulah," pungkas Stanislaus Riyanta. (kompas.com)
Baca juga: Seorang Pedagang di Deyai Papua Tewas Ditembak KKB, Polda Papua Buru Pelaku
Baca juga: Pasukan TNI Polri Temukan Markas KKB Paling Tersembunyi, Dalam Hitungan Menit Disikat Habis