Laporan Fikar W Eda | Jakarta
SERAMBINEWS COM, JAKARTA - Gaura Mancacarita, salah seorang yang ikut berperan masuknya Saman dalam Daftar Warisan Budaya Tak Benda Dunia oleh Unesco, organ pendidikan dan kebudayaan di bawah PBB, menilai, Saman semakin maju setelah masuk Unesco.
Menurut Gaura, transmisinya berjalan, sehingga Saman kini diajarkan di sekolah.
"Nah, nanti dipindahkan Saman dari Daftar dengan Perlindungan Mendesak ke Kategori Refresentatif. Itu cita-cita kita," katanya di Jakarta, Senin (18/7/2022).
Lantas kenapa Saman yang diusulkan dalam Daftar Warisan Budaya Tak Benda Unesco pada 2010?
Ternyata itu dimaksudkan untuk mengimbangi usulan sebelumnya yang didominasi dari Pulau Jawa.
"Selama ini kan yang diajukan ke Unesco, batik, wayang, keris, itu kan Jawa semua,” urai dia.
Baca juga: Sebelas Tahun Jadi Warisan Budaya Dunia, Pemerintah Siapkan Langkah Khusus untuk Saman Gayo
“Lalu kita gagas bagaimana kalau dari luar Jawa. Maka ketemulah dengan Saman,” cerita Gaura.
“Kita gagas bersama. Aceh itu kan istimewa, demikian juga dengan Gayo Lues," sebut Gaura.
Gaura selanjutnya menyatakan setuju dengan rencana pembangunan Saman Centre di Gayo Lues.
Ia juga menyarankan agar Saman dijadikan sebagai bahan ajar di sekolah, bukan hanya di Gayo Lues melainkan seluruh sekolah di Indonesia.
"Untuk Aceh, barangkali bisa dibuatkan Peraturan Daerah atau Qanun bahwa Saman itu wajib dipelajari di Gayo Lues maupun di daerah lain," katanya.
Dengan demikian, ucapnya, nilai-nilai Saman bisa ditransmisikan ke generasi penerus.
Baca juga: Kurator Saman Gayo Syamsul Bahri Ingatkan Pemerintah tak Lupakan Pendirian Saman Centre
"Itu bukan berarti semua orang bisa jadi pemain Saman. Tapi paling tidak sebagai apresiasi, sehingga budaya Saman itu akan hidup dan berkembang," ujar Gaura.
Gaura adalah anggota tim peneliti ketika Saman diusulkan sebagai Warisan Budaya Tak Bbenda Dunia oleh Unesco.